Kamis, 01 November 2018

makalah budidaya ikan nila


Makalah Budidaya Ikan Nila

MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dengan judul “
Manajemen Tata Lingkungan Pada Ikan Nila ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan
laporan ini.
Gorontalo,
Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………...
1
1.2 Tujuan ................
…………………………………………...
2
1.3 Manfaat…………………………………………………...... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan morfologi...................................................… 3
2.2.Lokasi Dan Habitat................................................................ 4
2.2.1 Pemilihan Lokasi................................................................ 4
2.2.2 Persyaratan Lokasi ............................................................. 6
2.2.3 Habitat Ikan Nila ................................................................
6
2.3 Pemilihan Induk…………………………………………... 7
2.4 Teknik Pembenihan................................................................ 11
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan...............................................
11
2.4.2proses Pemijahan.................................................................. 11
2.5 Pakan....................................................................................... 14
2.6 Hama Dan Penyakit................................................................ 15
BAB III PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………….
18
5.2 Saran……………………………………………………...
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya. Kita harus mengetahui cara -cara yang tepat dalam mengelolanya agar kita dapat memanfaatkan dengan maksimal dan mengembangkan modal dasar tersebut makin besar manfaatnya, untuk pembangunan lebih di masa yang akan datang. Sebagai salah satu contoh dalam
memanfaatkan sumberdaya alam adalah membudidayakan ikan, salah satu contohnya adalah ikan nila.
Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia. Menurut FAO (2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al . (2008) dan De Schryver
et al. (2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. De Schryver et al . (2008) dan Crab et al. (2007) menyatakan bahwa ikan hanya menyerap sekitar 25% pakan yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam air. Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri menjadi ammonia. Akumulasi ammonia dapat mencemari media budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian (Avnimelech, 1999; Avnimelech, 2009).
Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan penanganan yang baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu dipersiapkan adalah pemilihan lokasi usaha karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha yang tepat diharapkan usaha tersebut akan berjalan seperti yang diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis ( berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik tanah maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran dan biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat usaha tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni :
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi baik faktor teknis maupun non teknis.
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja persyaratan lokasi budidaya ikan nila.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang
manajemen aquakultur tawar pada budidaya ikan nila.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan manajemen aquakultur tawar pada masyarakat petani ikan yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nila
Gambar 1. Morfologi ikan nila
Secara umum klasifikasi ikan nila
menurut Suyanto (2003), adalah sebagi
berikut ;
Filum : Chordata,
Sub Filum : Vertebrata,
Kelas : Osteichtyes,
Sub Kelas :
Acanthopterigii,
Ordo :
Percomophy,
Sub Ordo :
Percoidea,
Famili :
Cichilidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis niloticus.
Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya besar berjumlah 24 buah, terdapat gurat sisi ( linea lateralis ) terputus-putus di bagian tengah badan kemudian berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada, matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak berjumlah 7-12 buah.
2.2 Lokasi Dan Habitat
Banyak factor yang mennentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis ( http://sobijpk.blogspot.com ) :
Faktor teknis
Factor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.
Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai degan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber air ini biasa berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.
Jenis Tanah
Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan lokasi yang sumber airnya tercemar, baik itu oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bisa megakibatkan kematian pada ikan.
Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas ar yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracun serta suhu, pH sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.
Faktor non teknis
Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana produk serta kesesuaian dengan lingkungan social budidaya setempat.
Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di produksi dan pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
Dekat dengan sarana transportasi
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatikan juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, Hal ini pula berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang harus digunakan.
Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudahan dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang dikeluwarkan dapat di tekan seminimal mungkin.
Keamanan terjamin
Keamanan terjamin yang dimaksud di sini adalah keamanan yang dapat menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.
Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
Lingkungan social budaya
Ligkungan social budaya pun mungkin untuk hal-hal tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan lingkungan social budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan social budaya dan agama di daerah yang dipilih.
2.2.2 Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Nila
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/ alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
2.2.3 Habitat ikan nila
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14 o C – 38 oC, atau suhu optimal 25 oC – 30 oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 14 0 C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30 0 C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt.
Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan denganalkalinitas rendah atau netral. Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10.
Nila hidup di lingkungan air tawar, air
payau, dan air asin.Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan. Ikan nila adalah ikan air tawar yang dapat dipelihara di air asin namun pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran salinitas tetap untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara bertahap hingga dapat beradapstasi dengan air pada lingkungan barunya. Adaptasi ikan nila pada air asin dilakukan dengan penambahan air laut setiap hari selama 5 ppt hingga mencapai 10 ppt. pada awal pemeliharaan ditambak ikan nila hasil adaptasi dari air tawar ke air asin mengalami pertumbuhan yang lambat hal ini disebabkan pada minggu awal atau bulan pertama ikan nila masih dalam penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Bila kekeruhan disebabkan oleh plankton hal ini memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat endapan lumpur yang terlalu tebal dan pekat hal itulah yang tidak diinginkan. Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air akan mengganggu penglihatan ikan dalam air sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ikan. Selain itu benih yang masih berukuran sangat kecil akan terganggu pernafasannya karna lumpur akan ikut terpisah air dan trsangkut dalam insang ( http://hallonirma.blogspot.com ).
2.3 Pemilihan Induk Ikan Nila
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain. Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan alat kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina
(Sumber : Trubus, 2011)
Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 (Mubinun, et al ., 2007).
Tabel 1 . Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
No Jantan Betina
1 Alat kelamin berupa tonjolan ( papilla ) dibelakang lubang anus. Pada tonjolam ini terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma dan urine. Alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus. Pada tonjolan tersebut terdapat 2 lubang. Lubang yang pertama terletak di
dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi sebagai tempat keluarnya telur. Lubang yang kedua terletak di belakangnya, berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya urine
2 Warna badan lebih cerah Warna badan agak pucat
3 Warna sirip memerah terutama pada saat matang gonad dan menjadi lebih galak terhadap ikan jantan yang lain. Pada saat matang gonad bagian tepi sirip tidak berubah warna dan gerakannya lambat.
4 Kematangan gonad ikan nila diketahui dengan cara melakukan pengurutan perut kearah anus dan akan mengeluarkan cairans kental berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna merah. Kematangan gonad ikan diketahui dengan cara meraba perut dan pengamatan bagian anus, yaitu ditunjukkan dengan telur yang berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak jika diraba, bagian anus menonjol
dan kemerahan.
gtfffff
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.
Tabel 2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Cirri-ciri Induk jantan Induk betina
Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang kelamin Satu lubang (untuk mengeluarkan sperma sekaligus air seni) Dua lubang :
1. Untuk mengeluarkan telur
2. Untuk mengeluarkan air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan berbentuk bulat
Warna sirip ekor Didominasi warna merah Hitam
Sumber : Judantari, 2008
Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi
dapat dilihat pada Tabel 3.
SATUAN JENIS KELAMIN
JANTAN BETINA
Bulan 6-14 6-14
total Cm 16 – 25 14-20
buh G 400 – 600 300 – 450
itas Butir/ekor - 1.000 - 2.000
er Telur mm - 2,5 - 3,1
Sumber: SNI 01-6138-1999
Induk Ikan Nila Hitam ( Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok.
2.4 Teknik Pembenihan
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agak tenang dan kedalaman yang cukup Kolam pemijahan dapat dibuat berdinding beton.
Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak dihuni plankton dan tumbuhan air kecilyang menjadi pakan tambahan. Dasar kolam tanah juga memudahkan nila jantan membuat cekungan untuk memijah.
Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3 ekor / m². Satu paket
induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan untuk menekan laju penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk kembali setelah melalui seleksi ketat.
Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam sekitar 1 m. Debit air nila cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti penguapan yang terjadi.
Gambar 2. Kolam Pemijahan
2.4.2 Proses Pemijahan
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C. Ikan
nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari
dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim antara lain:
Pemijahan Secara Tradisional/Alami
Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan
sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;
Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan
dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia pakan
alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan.
Kualitas air
Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 -30 0 C
dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan kolam 200 m 2 .
Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energy dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
Pemijahan Secara Intensif
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relative mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam
jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.
Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 - 300 ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.
Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 %
perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva.
2.5 Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan optimal maka jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya yang tepat ( http://sobijpk.blogspot.com ) :
Kandungan pakan ikan
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di ubah mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama, kandungan protein pada pakan harus berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975)
Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan yang diberikan kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebihan ikan tidak akan menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih asli. Keadannya bias hidup, mati, segar ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan lain-lain. Pakan buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.
Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan buatan bias dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.
Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara intensif seperti di jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari. Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.
Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan automatic deman feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.
2.6 Hama dan Penyakit
Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Menurut Khairuman dan Amri ( 2007), hama dan peyakit ikan nila adalah sebagai berikut:
Hama
Bebeasan ( Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
Ucrit ( Larva cybister )
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
Kodok
Makan telur telur ikan.
Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
Ular
Menyerang benih dan ikan kecil.
Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam
Lingsang
Memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
Penyakit
Ada 2 (dua) faktor yang dapat menyebabkan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) terserang penyakit.
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup (parasiter).
Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan (nonparasiter)
Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan penanganannya.
Bintik putih (white spot)
Penyakit ini disebabkan oleh organisme (ichthyopthirius sp) yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan methylene blue atau larutan NaCl sebanyak 1-3 g / 100 ml air bersih dan lamanya perendaman adalah 5-10 menit.
Lernea
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis cacing (Lernea) yang dapat mengakibatkan tubuh kurus dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan formalin 2,5 ml yang dicampur 100 liter air bersih dan lamanya perendaman adalah 10 menit.
Cacing insang dan Cacing kulit.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Dactylogyrus dan parasit Gyrodactylus yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air.
Bercak merah
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas Sp. yang dapat mengakibatkan kehilangan lendir, lemah dan nafas megap-megap waktu berenang serta membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air. Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan antibiotik tetracycline atau kemicitine yang berbentuk kapsul yang cicampur 500 liter air bersih dan lamanya perendaman adalah 2 jam.
Trichodina sp.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang dapat mengakibatkan luka-luka, kerusakan organ dan biasanya disertai infesi sekunder pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan NaCl sebanyak 500-1000 mg / liter air bersih selama 24 jam.
Saprolegniasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. yang dapat menyerang organ luar, seperti kepala, tutup insang dan bagian tubuh luar lainnya pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan malachite green oxalate sebanyak 1 mg / liter air bersih selama 1 jam.
Epistylis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Epistylis sp. yang dapat mengakibatkan insang berwarna merah kecokelatan, sukar bernafas, sukar bergerak, kerusakan pada kulit dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan Chloroquin Diphospat sebanyak 1,1 mg / liter air bersih selama 48 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan budidaya ikan nila factor-faktor yang perlu diperhatikan pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis. Selain itu agar budidaya ikan nila dapat berhasil maka yang perlu diperhatikan juga adalah pemlihan lokasi yakni sebagai berikut :
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih…..
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech, Y. 1999. C/N Ratio As a Control Element in Aquaculture Systems.
Aquaculture, 176: 227-235.
Crab, R., Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier, and W. Verstraete. 2007. Nitrogen
Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production. Aquaculture,
270: 1-14.
De Schryver, P., R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon, and W. Verstraete. 2008. The Basics of
Bio-Flocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture, 277:
125–137.
http://hallonirma.blogspot.com/2013/06/evaluasi-kelayakan-lahan-untuk-budidaya.html
http://pusatnilacrb.blogspot.com/2011/04/penyakit-ikan-nila.html
http://sobijpk.blogspot.com/2010/12/pemilihan-lokasi-budidaya-ikan.html
Judantari, Sri. Khairuman dan Amri, Khairul. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khairuman dan Amri. K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Mubinun, Jannah. M, Harahap. I. M, Handoyo. B, Takano. M. 2007. Manual Produksi
Induk Ikan Nila. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Tawar Jambi Dan Japan
Internasional Cooperation Agency Freshwater Aquakultur
Development Project.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 520 hal.
Standar Nasional Indonesia 01-6141-1999. 2005. Produksi Benih Ikan Nila Hitam
( Oreochromis niloticus Bleeker ) Kelas Benih Sebar. Direktorat Perbenihan,
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.
Trubus Exo. 2011. Panen 60 Kg per m² , Nila.
PT. Trubus Swadaya. Jakarta







TUGAS KEWIRAUSAHAAN MEMBUAT PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN NILA


PROPOSAL
 USAHA  BUDIDAYA IKAN NILA


PROGRAM KEAHLIAN : TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (TINGKAT II TBP 2)
CV. NILOTICUS PRIMA

KETUA               = DHEA ANISYA PUTRI
SEKERTARIS    = HESTRY MILLY ADRINI
ANGGOTA         =NUR ASYARIANI
      = ABD. SULAEMAN
                 = A.MOH.RESA FAJRIAN

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH
(SUPM) NEGERI BONE

2018





KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. oleh karenaNya kami dapat menyelesaikan proposal ini sebagi salah satu  tugas pada mata pelajaran kewirausahaan.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru pada mata pelajaran kewirausahaan.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjut-nya.Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.
        Bone,     Oktobor 2018


Penyusun



DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL   ...................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1
A.   Latar belakang..................................................................................1
B.   Deskripsi umum perusahaan ...........................................................2
C.   Struktur organisasi perusahaan........................................................3
D.   Visi, misi, dan tujuan perusahaan.....................................................3
E.   Jenis usaha yang dikelola ...............................................................4
F.    Jenis usaha dan produk yang akan dihasilkan.................................6
BAB II. PASAR DAN PEMASARAN ...........................................................6
A.   Lingkungan usaha ...........................................................................6
B.   Kondisi pemasaran...........................................................................6
1.    Pasar sasaran .......................................................................6
2.    Peluang pasar........................................................................7
C.   Rencana pemasaran........................................................................7
1.    Penetapan harga  .................................................................7
2.    Strategi pemasaran ...............................................................7


BAB III. ASPEK PRODUKSI .......................................................................9
A.   Analisa usaha atau lokasi usaha .....................................................9
B.   Fasilitas dan peralatan produksi.......................................................9
C.   Kebutuhan bahan baku ..................................................................12
D.   Kebutuhan tenaga kerja..................................................................12
E.   Proses produksi .............................................................................13
F.    Kapasitas produksi ........................................................................26
BAB IV. ASPEK KEUANGAN ...................................................................27
A.   Sumber modal................................................................................27
B.   Analisa biaya .................................................................................27
1.    Biaya sarana pembesaran ...............................................27
2.    Biaya operasional ............................................................27
3.    Biaya pengeluaran keseluuhan ........................................27
4.    Pendapatan .....................................................................28
5.    Keuntungan .....................................................................28
BAB V. PENUTUP ....................................................................................29
A.   Kesimpulan ....................................................................................29
B.   Penutup .........................................................................................29






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
          Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup dengan baik.
          Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
          Peluang usaha Budi Daya Ikan Nila masih terbuka lebar. Saat ini kecenderungan masyarakat dunia mulai mengurangi konsumsi daging hewan seperti sapi karena beberapa alasan seperti mahalnya harga yang di tawarkan dan mulai beralih mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein. Salah satu sumber protein asal hewan air yang paling diminati pasar dunia adalah ikan nila. Negara yang menjadi pemasok nila terbesar dunia adalah Cina, Indonesia, Thailand, Taiwan, dan Filipina. Meski demikian pasokan Ikan Nila dari negara-negara tersebut masih belum mencukupi. Sehingga Peluang Usaha Budi Daya Ikan Nila untuk mencukupi pasar tersebut masih terbuka luas.
          Minat pasar untuk ikan nila masih sangat lebar, mulai dari nila yang ukuran bibit sampai ikan nila yang di kategorikan sebagai ikan konsumsi semua pasar tersebut masih mungkin dimasuki. Karena termasuk ikan konsumsi, ikan nila memiliki harga yang cukup terjangkau pasar. Ikan Nila dapat dipasarkan melalui pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.

B. Deskripsi Umum perusahaan
Perikanan budidaya air payau khususnya di Sulawesi selatan mempunyai potensi yang sangat besar dan sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, padahal dilihat  dari  luas  lahan  dan  karateristiknya, potensi pasar, serta kajian analisa ekonominya sangatlah mendukung untuk digali dan dikembangkan lebih lanjut.Maka dari itu kami mengajukan proposal untuk usaha kami yaitu BUDIDAYA IKAN NILA. Nama dari perusahan kami yaitu CV. NILOTICUS PRIMA
         Ikan nila  adalah  merupakan komoditas  produk  hasil  budidaya  air tawar  yang mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi karena merupakan salah satu andalan  ekspor  non  migas  yang  sedang  digalakan  Pemerintah
            Usaha ini dikelolah oleh lima orang yaitu :
1)    Dhea anisya putri
2)    Hestry milly adrini
3)    Nur asyariani
4)    Abd. Sulaeman
5)    Muh. Reza fajrian
Usaha kami buat berdasarkan kondisi dan keadaan lingkungan di lokasi tempat usaha. Usaha yang kami pilih yaitu budidaya ikan nila karena di lokasi tersebut dapat memenuhi kriteria untuk usaha budidaya ikan nila
C. Struktur Organisasi Perusahaan
         Agar usaha yang di jalankan ini berjalan dengan lancar maka kami membentuk suatu struktur organisasi, yaitu sebagai berikut :
D. Visi, Misi, Dan Tujuan Perusahaan
1.  Visi
Menjadi pengusaha budidaya ikan nila terbesar di sulawesi selatan dan  Menjadikan usaha yang mampu bersaing dan tumbuh berkembang dengan sehat serta mengurangi angka pengangguran di Indonesia
2.  Misi
1. Menghasilkan produk yang berkualitas dan terjamin. Yang memberikan     deviden yang memuaskan bagi para pelanggan.
2. Memberikan harga yang terjangkau bagi semua kalangan mesyarakat.        Berdaya saing tinggi melalui pengolahan yang profesional demi kepuasan pelanggan.
3. Menjalin hubungan yang baik kepada para relasi, kemitran kerja agar menjadi lebih baik, saling menguntungkan dan tidak terjadi kesalahpahaman.
4. Menciptakan lapangan pekerjaan

3. tujuan
usaha ini bertujuan untuk  :
1.    Mencari keuntungan/laba.
2.    Memberi peluang kerja bagi orang lain.
3.    Menarik minat konsumen dengan makanan yang sehat dan bergizi

E. Jens Usaha Yang Dikelola
Usaha yang akan dikelola yaitu usaha budidaya ikan nila karena  ikan nila merupakan jenis ikan yang sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat. Rasa daging ikan yang enak membuat banyak orang menyukainya. Harga ikan nila pun terjangkau untuk kalangan masyarakat. Maka dari itu saya ingin merintis budidaya ikan nila.


F. Jenis Usaha Yang Direncanakan Dan Produk Yang Dihasilkan
    Produk yang saya buat adalah ikan nila yang siap di pasarkan, ke berbagai kolam pemancingan, rumah makan, pedagang ikan dan lain-lain. Karena, pada saat ini produk ikan nila banyak di nikmati oleh kalangan masyarakat, tetapi pemasokkan kurang. Maka dari itu saya mendirikan usaha ini karena permintaan pasar yang tinggi sementara ikan nila yang dihasilkan masih belum dapat memenuhi permintaan pasar yang tinggi.


BAB II
PASAR DAN PEMASARAN

A. Lingkungan Usaha
                  Saya memilih lingkungan usaha yang ramai penduduk, dengan tingkat perekonomian yang memadai. Dengan kondisi lingkungan yang seperti ini memungkinkan untuk menjual usaha akan sukses. Lingkungan yang bersih dan bebas dengan preman dan anak brandalan akan lebih memudahkan kita di dalam menjalankan usaha. Sehingga kita juga dapat berbaur dengan lingkungan sekitar. Menjalin hubungan bisnis yang sehat. Ini akan menimbulakan dampak yang sangat positif demi perkembangan usaha kedepan nya.

  B. Kondisi Pemasaran
1.  Pasar sasaran
       Dalam menjalankan usaha ini sasaran pembeli/aspek pasar  saya yaitu mencakup semua kalangan masyarakat, baik kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas. Dari semua kalangan tersebut sebagian besar mampu untuk membeli produk yang kami tawarkan, karena harga yang saya berikanpun cukup terjangkau untuk semua kalan-gan. Sehinga masyarakat akan senantiasa banyak yang akan membeli produk yang saya tawarkan. Peluang kesuksesan pun akan  semakin jelas kelihatan. Kondisi pasar yang selalu ramai baik dari lingkungan setempat maupun dari luar kota.
  Tingkat keamanan usaha pun harus terjamin dengan ada nya lingkungan yang baik. Dekat dengan kantor polisi, sehingga para preman maupun orang-orang yang ingin merusak tempat usaha kita akan lebih aman dibandingkan dengan kondisi pasar yang sangat jauh dari kantor polisi.
2.  Peluang pasar
Produk yang dihasilkan yaitu ikan lele ini dapat di pasarkan ke berbagai kolam pemancingan, rumah makan, pedagang ikan dan lain-lain.

C. Rencana Pemasaran
A.     Penetapan harga
Harga yang saya tetapkan adalah harga yang diperkirakan akan terjangkau oleh masyarakat sekitar. Setelah memperhitungkan dengan cukup matang, akhirnya saya tetapkan sebagai harga yang saya tawarkan agak murah dari harga umum di pasaran . Jika di pasaran harga perkilo ikan nila di jual dengan harga 30.000-35.000, maka saya akan menjual ikan nila yang saya produksi dengan harga kisaran 20.000-25.000/kg. Harga itu pun akan disesuaikan dengan perkembangan selanjutnya.
B. Strategi pemasaran
      Adapun strategi pemasaran yang dapat kami lakukan adalah:
a.  Dekat dengan target market.
Target utama pemasaran dekat dengan konsumen. Sehingga dengan mudah kita mempromosikan produk yang kita miliki.
b.  Mudah di akses
Tempat yang mudah di akses oleh masyarakat akan membuka     usaha kita lebih maju. Sehingga memudahkan pelanggan untuk mengunjungi toko distro kita.
c.   Dari mulut ke mulut
 Promosi ini merupakan promosi yang paling sederhana, serta tidak   memerlukan banyak biaya untuk melakukan promosi ini. Cukup dengan bercerita dengan teman-teman atau keluarga untuk mempromosikan usaha, sehingga secara tidak langsung semua ko-nsumen/masya-rakat akan mengetahui usaha yang kita buat. Dan apabila usaha sudah diketahui dan disukai, maka konsumen tersebut akan memberitahukan kepada orang lain agar membeli produk di tempat yang sudah di ketahuinya .
d.  Melalui internet
   Internet adalah salah satu tempat kita untuk memasaran produk kita. Sehingga para pelanggan bisa melihat produk baru yang kita miliki melalu internet. Baik melalui website yang kita punya, atau pun situs jejaring sosial.           





BAB III
ASPEK PRODUKSI

A.    Analisa Usaha atau Lokasi Usaha
  Dalam mendirikan usaha budidaya ikan nila maka harus mencari tempat yang strategis, karena pada umum nya sebagian konsumennya akan merasa nyaman jika tempat penjualan produk yang ingin di belinya tidak jauh dari tempat mereka dan jalan yang di laluinya tidak  hancur. Sehingga para pemasok yang ingin membeli produk kita tidak susah membawa barang yang ingin di pesannya tersebut.
Lokasi yang sedang saya incar adalah di tempat orang biasa berlalu lalang. Terkhusus di daerah yang ramai penduduk. Karena, Lokasi ini lah yang dapat membuka jalan kesuksesan dalam menjalakan usaha yang sedang kita tekuni
B. Fasilitas dan Peralatan Produksi
Tempat pembenihan nila unggul dapat berupa kolam atau bak, keramba dan kolam sawah (mina ikan). Wadah pemeliharaan di kolam, bak atau karamba berbentuk empat persegi panjang atau  bujur sangkar, relatif luas, cukup dalam, dan tertutup. Luas kolam menyesuaikan dengan tingkat kepadatan ikan yang merupakan variable dari umur dan jumlah populasi, yaitu semakin besar ikan semakin banyak populasinya, maka memerlukan kolam yang lebih luas.
Kedalaman kolam antara 100 - 150 cm dengan ketinggian muka air antara 70 - 100 cm sesuai kebutuhan. Dasar kolam dibuat miring dari sisi air masuk ke arah sisi air ke luar dengan kemiringan 0,51%. Ditengah kolam dibuat saluran (caren) yang melebar mendekati pintu air ke luar untuk penangkapan beníh (saat panen). Jika melakukan pembenihan di kolam, diperlukan beberapa jenis kolam dengan peruntukan yang berbeda.

Gambar kolam unit pembenihan ikan nila
Secara keseluruhan, unit pembenihan dinamai dengan Unit Kolam pembenihan (UKP) dengan rincian kolam sebagai berikut:
·       Dua unit kolam induk untuk memberok atau memisahkan ,antara ikan jantan dan betina sebelum dan sesudah perkawinan (pemijahan). 
·       Satu unit kolam pemijahan sebagai tempat mengawinkan  ikan jantan dengan betina. 
·      Satu unit kolam pendederan I. Luas kolam ini disesuaikan dengan slandar kepadatan populasi ikan. Kolam ini berfungsi sebagai empat untuk membesarkan larva atau anak ikan yang baru ke luar dari telur hingga anak ikan berukuran 3, 5, dan 8 cm gelondong kecil, per kg terdiri atas 60 - 80 ekor anak ikan). Ikan dengan ukuran tersebut berada di kolam pendederan I selama kurang lebih 1,5 - 2 bulan pemeliharaan. Kolam pendederan I ini disekat menggunakan jaring atau hapa yang dapat digeser supaya memudahkan pemisahan atara anak ikan yang baru ke luar dan telur dengan anak ikan yang sudah sedikit besar (dikelompokkan per 5 - 10 hari pengambilan berturut-turut) guna menghindari terjadinya kompetisi bahkannkanibalisme.
·       Satu unit kolam pendederan II. Kolam ini berfungsi untuk membesarkan benih hingga ukura 8 - 12 cm (gelondong besar, per kg terdiri atas < 60 ekor anak ikan). Kolam pendederan Il memerlukan luas yang memadai. Biasanya, kolam pedederan II dibuat dengan meminjam kolam atau sawah milik petani secara kerjasama.
 Peralatan yang diperlukan saat pembenihan dapat dipilah menurut tahap-tahap kegiatan usaha sebagai berikut : 
·       Pada tahap kegiatan pemijahan, penetasan, dan pemeliharaan larva, diperlukan peralatan yang meliputi alat pengukuran kualitas air dan thermometer. Selain tu, siapkan peralatan lapangan seperti ember, baskom, gayung, selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi, dan instalasinya.
·           Pada tahap kegiatan pendederan dan pemanenan diperlukan peralatan berupa thermometer, ember, baskom, saringan, serok, waring, cangkul, hapa penampung benih, dan timbangan. Pada tahap pengiriman benih diperlukan peralatan berupa plastik untuk pengemasan, oksigen, karet gelang, dan box atau kardus apabila diperlukan
C.    Kebutuhan Bahan Baku
            Untuk sumber-sumber bahan baku atau supplier saya mengambil dari pembibitan yang di lakukan oleh pemerintah yaitu di Dinas Perikanan yang sudah terjamin dan terbukti kualitasnya. Dengan harga yang murah sehingga dengan begitu tidak merugikan bagi saya sebagai pelaku budidaya ikan.

D.    Kebutuhan Tenaga Kerja
             Karena masih tahap awal mungkin tenaga kerja masih belum di perlukan karena masih tahap awal mungkin semua kegiatan masih di lakukan oleh kami berlima. Tetapi apabila usaha ini sudah berjalan dengan lancar mungkin kami membutuhkan tenanga kerja pada bagian:
- 2 orang pemberian pakan
-1 orang dalam penjagaan kualits air agar tetap stabil dan      sesuai
- 6 orang pada bagian pemanenan

E.     Proses Produksi
Penyiapan sarana dan prasarana
1.Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
a.Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
          Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
b.Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
           Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:

1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada para Petani.

2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih
gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.

d. Kolam/tempat pemberokan
          Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1- 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
2. peralatan
         Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3. Persiapan Media
         Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
4. Pembibitan
a.  Pemilihan Bibit dan Induk
     Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
1)     Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang       besar dengan kwalitas yang tinggi.
2)      Pertumbuhannya sangat cepat.
3)     Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
4)     Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
5)     Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur      sekitar 4-5 bulan. Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a) betina
 Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu:
-       dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
-       Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
-       Warna perut lebih putih.
-       Warna dagu putih.
-       Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b). Jantan
 Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu:
-      anus dan Lubang sperma merangkap lubang urine.
-      Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
-      Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
-      Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
-                Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
       Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina.
Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
1)    Secara manual (dipilih)
2)     Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
3)     Merangsang perubahan seks dengan hormon
4)     Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara:      
a.   Perendaman
b.  Perlakuan hormon melalui pakan

b. Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
1). Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk    menghasilkan burayak
 (anak ikan).
2). Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar.
          Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut “benih kebul”. Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.

c. Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80- 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis. Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi sedikit.
 Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atau sawah yang diberakan.

2) Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.

3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
            Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu:

a. Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)
-  Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input  produksinya sangat sederhana.   Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
-   Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
-   Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.



b. Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
-     Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.
-     Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar.
-     Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
-     Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam.
-     Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
-     Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.
-     Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.

c. Sistem intensif (teknologi maju)
-     Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
-     Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
-      Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
-      Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.
F. Kapasitas Produksi
- Harga konsumsi ikan Nila  Rp.25.000/kg
- Dengan perkiraan kematian sebesar 10% sehingga menghasilkan 5400 ekor.  Perkiraan hasil penghitungan umum selama 5-6 bulan, panen 1 kg isi 5 ekor . Jadi 5.400 ekor ikan Nila di bagi 5 ekor = 1.080 kg dikalikan harga konsumsi Rp.25.000/kg = Rp.27.000.000








BAB IV
ASPEK KEUANGAN
A. Sumber modal
Modal Sendiri                      : 80%
Modal pinjaman                 : 20%

B. analisis biaya
1.    Biaya sarana pembesaran
-       Kolam 1000 m2  selama 4 bulan                  =  Rp.4.000.000
-       Benih nila per 60.000 ekor per harga 300   = Rp. 18.000.000
-       Alat perikanan                                              =Rp.  2.000.000
 Total                                      =Rp. 24.000.000
2.    Biaya operasional
-       Pakan buatan sendiri 4 bulan  =Rp.15.000.000 – 60.000.000
-       Tenaga kerja untuk 9 orang     = Rp. 18.000.000
-       Obat - obatan dan keperluan lain = Rp. 10.000.000
Total                          = Rp. 98.000.000


3.            Biaya pengeluaran keseluruhan 
Total pengeluaran  = biaya sarana + biaya operasional
                                  = Rp.24.000.000 + 98.000.000
Total                          =Rp. 122.000.000

4.            Pendapatan
Pendapatan         = Total produksi X  harga jual
                               = 10.000 kg  X  25.000 / Kg
Total                     =Rp. 250.000.000
5.            Keuntungan
Keuntungan         = pendapatan – total pengeluaran
                               =Rp. 250.000.000 – 122.000.000
Total                     =Rp.128.000.000







BAB V
PENUTUP

A.  kesimpulan
Dengan melihat peluang dan aspek pasar yang begitu menggiurkan maka kami ingin membuat usaha tentang pembudidayaan ikan nila. Ikan Nila ini paling mudah untuk di budidayakan serta bisa hidup di segala cuaca dan lingkungan lahan gambut dan payau, pemberian pakanpun tidak mengeluarkan modal banyak ,dan harga jualnya pun lumayan menggiyurkan, ikan Nila ini memang lebih cepat panennya , inilah peluang usaha investasi yang nyata dan telah terbukti hasilnya. Sistem pemasaranya juga sangat mudah.

B. Penutup
Demikianlah proposal bisnis ini kami buat. Semoga proposal usaha ini  berguna bagi para pembaca. Semua data yang kami dan anda butuhkan untuk membuka suatu usaha terkhusus usaha budidaya ikan nila telah tercantum di dalam proposal yang kami buat ini. Semoga apa yang telah kami susun dan rencanakan dapat menjadi inspirasi buat para pembaca.
Dengan harapan dapat melaksanakan semua rencana-rencana serta tujuan yang telah kami buat. Mohon maaf bila ada kesalahan kata-kata atau pun tulisan. Semua kekurangan datangnya dari kami dan kelebihan datangnya hanya dari Tuhan Yang Maha Esa. kami ucapkan terima kasih.










makalah budidaya ikan nila

Makalah Budidaya Ikan Nila MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh ...