Minggu, 28 Oktober 2018

laporan sosial ekonomi


LAPORAN
( HasilKegiatan Pratik Kerjalapang (PKL)  1 )
“SOSIAL EKONOMI PELAKU UTAMA
Di DesaTongke-TongkeKec. SinjaiTimur
KabupatenSinjaiProvinsi Sulawesi Selatan
Hasil gambar untuk logo supm
OLEH :
Dhea Anisya Putri
PROGRAM KEAHLIAN : TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN
N.500.3.17.043

                             “KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN”
SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH
(SUPM) NEGERI BONE
2018

DAFTAR ISI

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A.      Latarbelakang.............................................................................................................1
B.      Maksuddantujuan.......................................................................................................3
BAB 2. PERSIAPAN...................................................................................................................6
A.      Survey lokasi................................................................................................................6
B.      Pembekalan.................................................................................................................6
C.      Pembagiankelompok...................................................................................................7
BAB 3 . PELAKSANAAN ...........................................................................................................12
A.      Waktudantempat........................................................................................................12
B.      Keadaanlokasi.............................................................................................................12
C.      Metodepengumpulan data ........................................................................................13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................14
A.      Gambaranumumdesatongke-tongke..........................................................................14
B.      Data desatongke-tongke.............................................................................................15
C.      Topografi, iklim, dantanahdesatongke-tongke...........................................................16
D.     Kawasanpotensialdesatongke-tongke........................................................................26
E.      kondisikehidupansosialekonomipetambakdesatongke-tongkedusunbabanakabupatensinjai..........................................................................27
F.       PendapatanPetanitambakDesaTongke-tongkeDusunBabanaKabupatenSinjai.........................................................................28
BAB 5. MASALAH DAN PEMECAHAN .....................................................................................29
A.      Masalah......................................................................................................................29
B.      Pemecahan.................................................................................................................30
BAB 6. PENUTUP ....................................................................................................................31
A.      KESIMPULAN...............................................................................................................31
B.      SARAN ........................................................................................................................32
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan di desa Tongke-tongke Dusun Babana Kabupaten Sinjai selama 24 hari mulaitangal 26 Maret s/d 18 April , yang disusunoleh :
Nama               : dhea anisya putri
Nis                   : 500.3.17.043
Jurusan            :1 Teknologi Budidaya Perikanan 2
AdalahbenartelahmengikutiPraktekKerja Lapang I di desatongke-tongkeDusunBabanaKabupatenSinjai.
Telahdisetujuidan di sahkanpadatanggal……..,……..2018
                                                           

Guru Pembimbing,




     ARAFAH S.Pi
            Nip :









DAFTAR TABEL

Tabel4.1 : Data keluarga
Tabel4.2 :PekerjaanAnggotaKeluarga
Tabel4.3 :PendidikanAnggotaKeluarga
Tabel4.4 :Penguasaan/Pemilikantanah/Lahan
Tabel4.5 : Usaha di bidangperikanan yang digeluti
Tabel4.6 :Sarana yang dgunakan
Tabel4.7 :Saranaproduksi yang digunakan
Tabel4.8 :Investasi yang tertanamdalamjangkawaktu lama
Tabel4.9 :SaranaProduksiHabisTerpakai
Tabel4.10 :SaranaProduksiHabisTerpakai
Tabel4.10 :Kebutuhansandangdalamsatusatuan
Tabel4.11 :Prasarana yang tersedia /disiapkanolehpemerintah
Tabel4.12 :OrganisasiKelembagaan
Tabel4.13 :jurnalkegiatan



DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 pemanenanbandeng
Gambar 1.2 pemanenanudang
Gambar 1.3 rumahresponden
Gambar 1.4 tambakresponden
Gambar 1.5 kegiatapagi
Gambar 1.6 penebaranrumputlaut
Gambar 1.7 gambarrumputlaut yang akan di tebar di tambak
Gambar 1.8 alatuntukpemanenanrumputlaut


BAB 1
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Wilayah pesisir memiliki keragaman potensi sumberdaya alam yang tinggi dan sangat penting bagi pengembangan sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan sehingga perlu dikelola secara berkelanjutan dengan memperhatikan partisipasi masyarakat. Menurut UU No 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang dimaksud dengan wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Masyarakat pesisir diartikan sebagai masyarakat yang terdiri atas masyarakat adat dan masyarakat lokal yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sedangkan ekosistem mangrove sendiri diartikan sebagai suatu kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungakannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktifitas di dalam suatu habitat mangrove. Hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhanya bertoleransi terhadap garam (Kusmana et al., 2003). Keberadaan mangrove bagi masyarakat pesisir sangat penting dalam menunjang kehidupanya. Selain berfungsi secara ekologis sebagai penyedia makanan bagi biota laut, sebagai tempat memijah dan mengasuh (nursery ground) berbagai macam biota, mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Disamping itu sebagai peredam gelombang dan angin badai, penahan lumpur, perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran permukaan (Bengen, 1999). Mangrove juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai penghasil kayu, obat-obatan, arang dan manfaat lain yang membantu dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pesisir. Pada saat ini hampir di seluruh dunia terjadi degradasi kawasan hutan mangrove. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia berdasarkan data Departemen Kehutanan menunjukkan 4,5 juta ha, yang mengalami kerusakan dalam kategori sedang dan 2,2 juta ha masuk kategori rusak berat. Beberapa penyebab semakin luasnya kerusakan hutan mangrove diantaranya adalah pembangunan yang dilakukan di areal kawasan mangrove dengan mengkonversinya menjadi areal penggunaan lain misalnya pemukiman, jalan tol, pelabuhan, tambak, dan juga penebangan mangrove untuk pembuatan arang yang melampaui batas kelestariannya. Kerusakan terus bertambah karena eksploitasi yang dilakukan tidak seimbang dengan tingkat keberhasilan rehabilitasi. Upaya rehabilitasi oleh pemerintah pada tahun 2004 dan 2005 hanya berhasil seluas 34.601 ha, sementara tahun 2006 sekitar 2.790 ha (Anonim, 2008). Untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi hutan mangrove diperlukan peningkatan pemberdayaan masyarakat berupa pemberian fasilitas, dorongan atau bantuan kepada masyarakat pesisir agar mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan hasil-hasil studi di beberapa daerah pantai menunjukkan bahwa keberadaan hutan mangrove sangat memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir, baik secara ekologi maupun ekonomi. Disisi lain kerusakan hutan mangrove semakin tinggi sehingga akan berdampak pada terganggunya keseimbangan ekositem lainnya yang pada akhinya akan kembali merugikan manusia itu sendiri. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tulisan ini akan menggambarkan mengenai pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat pesisir dan mengukur tingkat partisipasinya dalam kegiatan rehabilitasi mangrove.
B.      TUJUAN DAN MANFAAT
F TUJUAN
         Maksud dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) 1 adalah mencari tahu sosial ekonomi para pelaku perikanan baik dalam sehari/bln/ periode dan juga  sebagai kegiatan Siswa untuk mencari pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, yang tercermin dalam Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan meningkatkan kecerdasan, kreativitas, dan ketrampilan agar dapat menumbuhkan manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas Pembangunan Bangsa dan Negara dalam pencapaian perekonomian meningkat dan kehidupan yang makmur.
Karena pertumbuhan perekonomian yang meningkat, didukung pula oleh tumbuhnya persaingan dibidang industri dan teknologi yang memaksa kita untuk ikut  terjun kedalam dunia industri, bisnis, dan perdagangan .
Adapun tujuan diadakan pelaksanakan Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) antara lain :
Ø  Untuk memperkenalkan siswa pada dunia usaha
Ø  Mendata para pelaku utama perikanan
Ø  Menumbuhkan & meningkatkan sikap profosional yang diperlukan siswa untuk memasuki dunia usaha
Ø  Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas tehadap siswa sebagai persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia usaha yang sesungguhnya
Ø  Meluaskan wawasan dan Pandangan Siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan pada tempat dimana Siswa melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
F MANFAAT
ü  Menambah wawasan pada siswa/i
ü  Mengetahui sosial ekonomi yang diperlukan oleh para pelaku utama oerikanan oleh para pelaku perikanan
ü  Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan perusahaan atau lembaga instansi lainnya.
ü  Mendapatkan pengalaman untuk bekal pada saat bekerja nantinya.
ü  Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara pihak sekolah dengan pihak perusahaan atau lembaga instasi lainnya.


BAB 2
PERSIAPAN

A.     SURVEY LOKASI
        Untuk memperlancar kegiatan PKL  terlebih dahulu panitia pelaksana PKL  melakukan survey lokasi untuk mengetahui bagaimana keadaan lokasi tempat dimana akan dilakukan PKL.
B.      PEMBEKALAN
        Untuk kelancaran praktek kerja lapang (PKL) dilokasi, maka sekolah mengadakan program pembekalan pada siswa (i) SUPM bone yang akan melakukan PKL yang berupa pemberian materi. Adapun yang memeberikan materi adalah sebagai berikut:
1.      Bapak ir.jamaluddin, m.si
Materi yang diabawakan mengenai prosedur pengisian koesioner sosial ekonomi pelaku utama.
2.      Ibu ari kusuma wardani s.st.pi
Membawakan materi tentang tata tertib dan tatakrama yang harus dilakukan selama melakukan PKL di desa tongke-tongke, kabupaten sinjai.
3.      Bapak asriadi K. S.pd, Gr, m.pd
Membawakan materi tentang microsoft word dan microsoft exel
C.      PEMBAGIAN KELOMPOK
Untuk memudahkan melakukan kegiaatan dilokasi PKL, panitia pelaksana PKL melakukan pembagian kelompok, khususnya jurusan TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN  berjumlah 62 orang yang dimana putri berjumlah 37 dan putra 27 orang yang dibagi  kelompok sebanyak 5, dimana setiap kelompok berjumlah 12-14 orang. 




BAB 3
PELAKSANAAN

A.     WAKTU DAN TEMPAT
Waktu dan tempat praktek keja lapang (PKL) 1 dilaksanakan mulai  Hari Senin, Tanggal 26 Maret 2018 sampai dengan  Hari  Rabu, Tanggal 18  April 2018, yang berlokasi di:
Dusun                              : Babana
      Desa                                  : Tongke-Tongke
      Kecamatan                       : Sinjai Timur
      Kab/Kota                           :Sinjai
      Provinsi                             : Sulawesi Selatan
B.      KEADAAN LOKASI
          Tongke tongke merupakan desa yang berada dikacamatan Sinjai Timur, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa yang tekstur tanahnya terdiri atas lumpur yang berpasir ini memiliki kawasan hutan bakau yang  merupakan  Kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran mangrove, yang luasnya mencapai 173,5 hektar  dan telah di jadikan tempat parwisata
Selain itu banyak penduduk yang memiliki tambak di desa tongke tongke tersebut kerena sumber airnya cukup melimpah dan cocok di gunanakan  untuk membudidayakan ikan,udang maupun rumput laut
C.      METODE PENGUMPULAN DATA
a.      Metode wawancara  atau interviewCara pengumpulan data pada metode ini adalah dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan sumber atau responden dengan menggunakan media koesioner.
 b. Metede observasi
Cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara lansung pada proses kegiatan di lapanagn yang dijadikan data.





BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     GAMBARAN UMUM DESA TONGKE-TONGKE
Letak Geografis dan Administrasi Daerah pesisir timur Kabupaten Sinjaiyang terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur.Secara geografis terletak antara 05019'50" - 05036'47"BT dan 119048'000-120011'00" LS. Luas wilayah lebih kurang 819,96 Km2 dengan panjang garis pantai 17 Km .Wilayah administratif pemerintahanKabupaten Sinjai terdiri dari 8 kecamatan, 13 kelurahan, 55 desa, dan 259 lingkungan/dusun dengan luas wilayah 819.96 Km2, atau 1,29 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi Selatan dengan batas wilayah:
             Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bone,Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone,Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa ,Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba,Desa Tongke-tongke yang terletak di Kecamatan Sinjai Timur.
             Kabupaten Sinjai adalah sebuah desa yang berada pada bagian Barat Teluk Bone. Lokasi ini dilalui oleh dua buah sungai, yaitu sungai Baringeng dan sungai Tui yang membawa sedimen dari Gunung Bawakaraeng hingga ke pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan tersebut merupakan campuran antara pasir dan lumpur sungai. Secara administratif Desa Tongke-tongke merupakan sebuah desa yang berada pada wilayah Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai yang berjarak sekitar 20 km dari Balanipa (ibukota Kabupaten Sinjai) yang dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor dalam waktu 30 menit. Daerah yang memiliki luas 2,25 km2, secara umum merupakan kawasan konservasi hutan mangrove dan daerah pertanian.
B.      DATA DESA TONGKE-TONGKE
Tongke-tongke
92671
Luas
4,75 km²
Jumlah penduduk
3.482 jiwa (2010)
Kepadatan
733 jiwa/km² (2010)


C.      TOPOGRAFI, IKLIM, DAN TANAH DESA TONGKE-TONGKE
            Secara topografi terdiri dari gunung, perbukitan, daratan, dan pantai dengan ketinggian 0 – 40 m. Daerah pesisir dengan ketinggian dibawah 25 m diatas permukaan laut dengan kemiringan 0 – 2 %. Secara klimatologi Kabupaten Sinjai terletak pada posisi iklim musim timur dimana bulan basah terjadi antara bulan April – Oktober dan bulan kering Oktober – April. Pola hujan sangat dipengaruhi oleh pasat tenggara. Periode hujan daerah ini terjadi dua kali yakni periode Maret/April hingga Juni/Juli dengan curah hujan dapat mencapai 300 – 400 mm/bulan dan periode Desember – Januari dengan curah hujan mencapai 150 – 200 mm/bulan. Temperatur udara berkisar 220C – 320C. Jenis tanah yang ditemukan yaitu tanah latosol yang memiliki lapisan tanah yang sangat tipis dengan singkapan-singkapan batu kapur.
              Sumber Daya Alam Karakteristik wilayah Desa Tongke-tongke terdiri dari 3 (tiga) wilayah, yaitu pegunungan, dataran rendah, dan lautan. Sumberdaya alam di wilayah pegunungan di Dusun Baccara dan Bentenge berupa kawasan hutan campuran serta mata air yang terletak di Supanda Dusun Bentenge.
Di wilayah dataran rendah, potensi yang dimiliki secara umum adalah
lahan pertanian berupa sawah tadah hujan seluas 1603,9 are yang terbagi di Dusun Maroangin seluas 188 are, Dusun Baccara seluas 1.389 are, dan Dusun Bentenge seluas 1026,9 are. Selain lahan pertanian juga terdapat lahan perkebunan yang terletak di Dusun Baccara dan Bentenge. Luas lahan tambak/empang 54 ha meliputi Dusun Cempae 32 ha, Dusun Babana 8 ha, Dusun Maroangin 4 ha, Dusun Baccara 5 ha, dan Dusun Bentenge 5 ha, disamping itu terdapat disatu daerah aliran sungai yang melintasi Dususn Maroangin dan Dusun Baccara. Mengenai selokan/got, Tongke-tongke memiliki selokan air/got sekitar 2.140 meter, dimana 150 meter di Dusun Maroangin, Dusun Babana 1.340 meter, dan Dusun Cempae sepanjang 650 meter, kesemuanya baik hanya saja rata-rata tergenang karena tersumbat oleh sampah-sampah buangan masyarakat.
             Desa Tongke-tongke memiliki sarana dan prasarana yang cukup diantaranya adalah gorong-gorong di Dusun Baccara ( 3 berfungsi dan 3 rusak), banyaknya gorong-gorong di Dusun ini karena berdekatan dengan sungai dan berada di bawah lereng-lereng gunung dan dipisah jalan raya.
             Di Dusun Maroangin terdapat 4 buah (3 yang baik 1 rusak), yang dilalui oleh saluran air laut yang masuk ke tambak. Di Dusun Bentenge terdapat 5 buah semuanya rusak, keberadaannya karena berada di lereng-lereng gunung dan dipisahkan dengan jalan raya sehingga air dari gunung mengalir dari atas gunung ke jalan raya. Jembatan yang dibuat oleh kelompok ACI di Dusun Cempae 1 unit dibangun di tengah-tengah hutan Mangrove memanjang keluar ke laut sebagai tempat jalan-jalan untuk melihat hutan bakau dan kelelawar serta satwa lainnya yang ada di hutan Mangrove namun jembatan ini belum rampung. Dua buah mesjid terdapat di Dusun Baccara yang semua berfungsi untuk tempat shalat Jum’at, terdapatnya dua mesjid di Dusun Baccara karena jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan dengan Dusun-Dusun lainnya.
              Dusun Maroangin dan Dusun Babana masing-masing mempunyai sebuah mesjid yang berfungsi. Dusun Cempae terdapat juga sebuah mesjid, namun saat ini dalam renovasi dan berfungsi sementara di Dusun Bentenge terdapat 2 buah namun salah satunya dalam keadaan rusak. Sarana air bersih di Desa Tongke
-tongke belum dijangkau oleh PDAM namun pemerintah telah membuat tempat-tempat penampungan air tiap-tiap dusun, dengan pengisian oleh PDAM dengan kapasitas masing-masing 3.000liter.
             Dusun Baccara memiliki sebuah bak penampungan air dan berfungsi dengan baik, di Dusun Maroangin terdapat 5 buah, Dusun Babana terdapat 4 buah, Dusun Cempae 7 buah sedangkan Dusun Bentenge memiliki 4 buah yang semuanya berfungsi baik.
             Untuk mempermudah sarana transportasi di Desa Tongke-tongke memiliki jalan raya desa (aspal) yang tersebar dan berfungsi dengan baik, yaitu di Dusun Baccara 1,5 Km, Dusun Babana 500 meter, Cempae 400 meter, dan Dusun
Bentenge 1 Km, sementara di Dusun Maroangin sepanjang 750 m namun 5 m
dalam kondisi rusak. Jalanan/lorong yang menggunakan Pain Blok dan masih
dalam keadaan baik terdapat di Dusun Baccara sejumlah 6 buah (3 buah dapat
dilalui mobil, 3 lainnya untuk pejalan kaki), Dusun Maroangin sepanjang 150 meter, Dusun Cempae 650 meter sementara di Dusun Babana dari 1.300 meter, 40 meter diantaranya dalam keadaan rusak sedangkan di Dusun Bentenge semuanya lorong dalam keadaan rusak. Mengenai keberadaan baruga hanya satu terdapat di Dusun Cempae. Baruga yaitu tempat pertemuan masyarakat Tongke-tongke dan setiap tamu yang datang untuk melihat-lihat hutan Mangrove, itupun sudah mulai rusak, dulu pernah ada bangunan (bantuan dari pusat) yang diberikan sebagai tempat penelitian dan pengembangan hutan Mangrove namum Pemda sinjai mendirikannya di kota sehingga Baruga itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, padahal seharusnya didirikan di Desa Tongke-tongke.
            Gudang pupuk 1 unit di Dusun Baccara, sudah rusak dan tidak difungsiksn lagi. Masyarakat Desa Tongke-tongke sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan, oleh karena itu Pemerintah membangun 1 buah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di Dusun Babana di muara sungai Baringan, namun belum difungsikan secara maksimal. Tempat Pengeringan Coklat (buah) terdapat sebuah di Dusun Bentenge dalam kondisi bagus. Sarana Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tersedia dalam bentuk permanen sejumlah 2 buah, yaitu di Dusun Baccara dan Dusun Babana, hanya saja mereka masih kekurangan tenaga pengajar.

Disamping SD, Tongke-tongke juga mempunyai sebuah sekolah agama berupa pesantren permanen, yang berada di dusun Baccara. Sedangkan Sekolah Taman Kanak-Kanak dan TPA ada dua buah yakni berada di Dusun Baccara dan Dusun Babana, semuanya berfungsi dengan bangunan semi permanen. Sarana Pemerintahan Kantor Desa Tongke-tongke sementara ini dibangun di atas lahan seluas 10 x 15 meter, yakni berada di dusun Babana, karena dusun ini dianggap sebagai pusat pemerintahan desa. Untuk kebutuhan pertanian, terdapat sebuah Kantor Balai Penyuluhan Pertanian di dusun Bentenge yang dibangun sebelum pemekaran, dan saat itu masih milik pemerintah kecamatan. Sumberdaya Sosial Dalam melaksanakan pembangunan perlu diperhatikan masalah sumberdaya sosial, karena potensi ini merupakan salah satu potensi yang mampu menjaga keutuhan dan kebersamaan masyarakat, baik dalam menghadapi pengaruh dari luar maupun untuk mengatasi permasalahan di dalam.
             Tongke-tongke memiliki kemampuan sosial yang cukup potensial, seperti lembaga-lembaga di tingkat desa. Pemerintahan desa untuk sementara ini dalam pembenahan, Desa Tongke-tongke terdiri dari 5 (Lima) dusun, yakni Dusun Baccara yang terdiri dari 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT), Dusun Babana (1 RW, 3 RT), Dusun Bentenge (1 RW, 3 RT), Dusun Maroangin (1 RW, 2 RT), dan Dusun Cempae (2 RW, 4 RT). Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terdapat masing-satu kelompok di Dusun Baccara, Dusun Bentenge, dan Dusun Cempae. Sedangkan di Dusun Maroangin terdapat 2 kelompok, serta di Dusun Babana 3 kelompok.
            Desa Tongke-tongke memiliki 5 buah Posyandu, masing-masing berada di tiap dusun, yang aktif melakukan imunisasi/penimbangan setiap bulan, hanya saja tenaga medisnya terbatas. Sementara badan legislatif di tingkat desa, yaitu Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat mempunyai pengurus sebanyak 11 orang dengan peranan membuat peraturan-peraturan desa. Desa juga memiliki Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Semua lembaga desa semuanya mempunyai pengurus dan mencoba aktif membantu desa dengan menjalankan tugas sesuai fungsinya masing-masing. Aktifitas keagamaan sangat tinggi, ini terlihat di setiap dusun memiliki masjid dengan pengurus remaja masijd yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti pengajian, tadarrusan, lomba hapal Surah-surah pendek bagi anak-anak, lomba adzan, dan lomba pidato setiap tahun.
              Desa Tongke-tongke juga mempunyai organisasi-organisasi kepemudaan seperti Persatuan Sepak (PS) Bola Aku Cinta Indonesia, PS Harapan Jaya, Persatuan Tenis Meja Laba-laba, Persatuan Bulu Tangkis Mario Riawo, bola volley serta karang taruna, kesemuanya ini aktif di bidangnya masing-masing. Khususnya tenis meja, Desa Tongke-tongke selalu menjadi juara di tingkat kabupaten dan mewakili Kabupaten Sinjai di Tingkat Provinsi.

Sementara kelompok arisan terdiri dari beberapa kelompok yaitu satu kelompok arisan PKK di tingkat desa, kelompok arisan ibu-ibu rumah tangga yang tersebar di empat dusun yaitu, Dusun Baccara (2 kel.), di Dusun Bentenge (1 kel.), Dusun Morangin (1 kel.), Dusun Babana (4 kel.), dan Dusun Cempae (2 kel.). Selain itu terdapat juga kelompok arisan anak-anak yang tersebar di Dusun Baccara (1 kel), Dusun Maroangin (2 kel.), Dusun Babana (2 kel.), semua kelompok arisan berjalan dengan aktif. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada di Desa Tongke-tongke terdiri dari KSM Aku Cinta Indonesia (ACI) bergerak masalah pengelolaan hutan , KSM Tulung Mario pengasapan ikan di Dusun Babana, KSM Sipakainge penjual barang campuran (kebutuhan rumah tangga) di Dusun Maroangin, KSM Sipatuo penjualan ikan mentah di Dusun Cempae, Kerukunan Keluarga Tiga Nenek semacam ikatan kekerabatan keluarga di Dusun Cempae, kelompok nelayan terdapat di tiga dusun, yaitu Dusun Maroangin, Dusun Babana, dan Dusun Cempae, kelompok petani tambak hanya terdapat di Dusun Bentenge, Kelompok Akar Laut di Dusun Babana, Kelompok Samaturu di Dusun Cempae, Kelompok Nelayan Masban di Dusun Babana.
              Sumberdaya Ekonomi Potensi sumber daya ekonomi di Desa Tongke-tongke, dapat dilihat dengan cara melakukan pendataan barang dan yang masuk serta barang dan jasa yang dikeluarkan. Data ini akan memberikan gambaran tingkat kebutuhan dan kemampuan Desa Tongke-tongke dalam memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan pasar bagi pihak luar. Uraian di bawah menunjukkan tingkat hubungan potensi ekonomi desa. Barang dan Jasa Nelayan adalah pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat karena lokasinya merupakan wilayah pesisir.
              Nelayan yang ada di Tongke-tongke terbagi atas (1) nelayan kecil yang hanya menggantungkan hidupnya di laut sekitar Sinjai dan (2) nelayan besar (penongkol) yang biasanya menangkap ikan di daerah Flores dan Jawa dengan waktu berbulan-bulan. Kebutuhan nelayan antara lain : pancing, kawat, tasi/nilon ukuran 50, pukat, perahu, mesin (Mitsubishi, Kubota, Yanmar, Honda), es balok, dan kili-kili. Pemenuhan kebutuhan tersebut biasanya setiap satu kali melaut sekitar 15 hari sekali.   
              Sebagian besar pemenuhan kebutuhan tersebut dipenuhi dari PasarSentral Sinjai yang merupakan urat nadi perekonomian di Kabupaten Sinjai. Uraian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat nelayan begitu tinggi dari pihak luar untuk melakukan pekerjaannya, serta diperlukan modal besar untuk sekali melaut, sehingga terkadang nelayan sangat menggantungkan hidupnya kepada kepada tengkulak sebelum mereka melaut.
             Sejarah Hutan Mangrove Tongke-Tongke Kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Sinjai pada tahun 1985 dalam keadaan rusak, dan pantai timur dalam keadaan terbuka. Pada saat itu angin kencang, ombak besar menghantam tempat permukiman nelayan di pantai tersebut. Lumpur di pantai dan muara sungai mencapai kedalaman 0,50 meter dan masyarakat merasakan penderitaan. Dengan keadaan ini muncul pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat untuk melaksanakan penanaman mangrove jenis Rhizophorasecara swadaya.
             Sumber Data: Dinas PKT Kab.Sinjai,1999 Hutan mangrove di Tongke-Tongke yang merupakan swadaya masyarakat setempat, sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove tersebut sangat baik. Hal ini didukung dengan kebijakan pemerintah daerah yang telah mengeluarkan PERDA No. 8 Tahun 1999 tentang Pelestarian, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Hutan Mangrove. Penetapan kebijakan pelarangan penebangan hutan mangrove oleh
pemerintah bertujuan agar hutan mangrove yang ada saat ini dijaga keberadaannya agar tetap lestari guna kepentingan masyarakat setempat.
            Sebelum kebijakan pemerintah daerah menetapkan pelarangan penebangan hutan mangrove swadaya masyarakat di Tongke-Tongke, terlebih dahulu telah diterapkan aturan lokal melalui penetapan sebagian lahan mangrove masyarakat sebagai Hutan Kesepakatan Desa yang tidak boleh diganggu dan dijamah oleh siapapun. Masyarakat setempat sudah tidak lagi memanfaatkan mangrovenya secara bebas. Kemudian tahun 1999, pemerintah daerah menetapkan kebijakan pelarangan peebangan mangrove yang diatur dalam Perda No. 8 Tahun 1999.
               Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menerima kebijakan tersebut. Indikasi keefektifan kebijakan pemerintah berjalan dengan baik adalah:
(1) masyarakat tidak lagi mengganggu ekosistem mangrove yang ada, walaupun
mangrove tersebut miliknya. Mereka hanya memanfaatkan ranting-ranting kayu dan kayu mangrove yang sudah mati alami.
 (2) masyarakat menyadari sepenuhnya manfaat hutan mangrove sebagai bagian dari hidupnya.
 (3) masyarakat mempertahankan ekosistem mangrove dari gangguan luar yang mengancam kepunahannya sejak adanya kesepakatan hutan desa hingga ditetapkannya kebijakan pemerintah.
                Pemerintah daerah menetapkan kebijakan lebih bersifat strategi dalam penyelamatan lingkungan pantai dari amukan ombak, hempasan badai, dan abrasi pantai. Pemerintah daerah sangat memahami kepentingan dan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan hutan mangrove yang telah berhasil dilestarikan, yang saat ini telah berfungsi secara ekologi melindungi pantai dari abrasi), biologi (tempat berbagai biota air), dan ekonomi (penjualan kayu bakar dari hasil pemangkasan secara terbatas,  penjualan bibit/buah Mangrove, dan penjualan kulit batang serta ranting-ranting kecil).
                Keberadaan vegetasi mangrove ini berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan khususnya kawasan pesisir, karena fungsi ekologisnya. Jika kawasan mangrove di Tongke-Tongke dipertahankan tanpa mengabaikan manfaat lain yang dapat diperoleh dari keberadaan vegetasi mangrove tersebut antara lain sebagai kawasan tambak maka diharapkan dapat dicapai suatu keuntungan ekonomi dan kelestarian kawasan pesisir.
D.     KAWASAN POTENSIAL DESA TONGKE-TONGKE
                  Kawasan pesisir kabupaten sinjai memiliki sumber daya alam yang begitu cukup banyak memiliki potensial, salah satunya adalah untuk menjadikan tempat budidaya tambak dan permaslahan utama dalam pengembangan budidaya tambak adalah tinngi nutrien dan bahan organik dari budidaya tambak yang dapat menurunkan daya dukung lingkungan. Metode survei digunakan untuk menilai karakteristik biosifik linhkungan. Hutan mangrove yanhg begitu luas bisa dimanfaaatkan sebagai pendukung suhu ditempat itu agar tidak terlalu panas akibat dari pembiasan air payau dengan matahari.
E.      KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETAMBAK DESA TONGKE-TONGKE DUSUN BABANA KABUPATEN SINJAI
               Hasil penelitian dan pembahasan tentang Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak Desa Tongke-tongke Dusun Babana Kabupaten Sinjai.Berbicara tentang kondisi kehidupan sosial ekonomi yang dikemukakan di atas sangat menarik dan perlu mendapat perhatian yang cukup besar, karena dalam kondisi kehidupannya sendiri petambak bukanlah sebagian orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi.
                Berdasarkan definisi diatas maka akan dibahas dalam artikel ini yaitu terkait tiga fokus  diantaranya status sosial, penghasilan lain, pendapatan di Desa Tongke-tongke dusun Babana Kabupaten Sinjai. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tugas pokok pemerintahan hal ini sesuai dengan tujuan dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Perhatian pemerintah khususnya pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalamtercapainya kesejahteraan masyarakat terutama di daerah pedesan seperti desa Tongke-tongke. Keterlibatan pemerintah daerah dan perusahaan swasta dalam membantu pelaku-pelaku prikanan di daerah Tongke-tongke Pantuan sangat dibutuhkan, namun dalam kenyataan dilapangan bantuan pemerintah belum tersentuh keseluruh lapisan golongan masyarakat, terutama masyarakat yang mata pencahariannya sebagai pembudidaya tambak udang.
F.       PENDAPATAN PETANI TAMBAK DESA TONGKE-TONGKE DUSUN BABANA KABUPATEN SINJAI
             Pembangunan dan perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, mengakibatkan manusia dapat hidup lebih tentram. Akan tetapi di sisi lain terdapat pengaruh tertentu yang mengakibatkan terjadinya ganguan terhadap ketentraman kehidupan manusia. Kenyataan menunjukan bahwa setiap pendapatan dalam suatu pekerjaan masih banyak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal tersebut tidak begitu berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan para pembudidaya tambak.Dalam pekerjan yang menyangkut budidaya tambak penghasilan dalam pekerjan ini tidak menentu seperti pekerjaan kantoran yang sudah pasti penghasilanya perbulan. Sedangkan pekerajan sebagai buruh atau pekerja tambak untuk memanen hasil tambak memerlukan waktu tiga bulan dan selama itu para pekerja atau buruh tambak melakukan pekerjan yang lain seperti mencari kepiting kemudian menjualnya kepada pengepul. Para pekerja atau buruh tambak mendapatkan gaji berupa uang dan setiap per tiga bulan parah buruh atau pekerja tambak penghasilanya dapat diratakan sekitar Rp. 5.000.000 sementara sebagai pemilik tambak penghasilan dalam setiap panen dapat diratakan sekitar puluhan juta rupiah.


BAB 5
MASALAH DAN PEMECAHAN


A.     MASALAH
           Masalah yang sering di hadapi dalam usaha budidaya yaitu :
ü  Bibit ikan banyak yang mati
Bibit ikan banyak yang mati karena cuaca yang terlalu panas yang dapat membuat bibit ikan setres dan akhirnya mati
ü  Adanya hama
Hama biasanya masuk ke dalam tambak melalui pipa pemasukan air ataupun memang sudah ada di dalam tambak tersebut. Hama dapat merusak sarana budidaya yaitu pematang apalagi pada tambak tradisional  seperti kepiting karena dapat membuat lubang pada pematang yang mengakibat kan tambak jadi bocor. Hama predator yaitu memakan suatu organisme yang di budidaya yang mengakibatkan ikan yang dibudidayakan berkurang.
ü  Adanya penyakit
Penyakit yang timbul biasaya karena faktor kualitas air yang sudah tidak layak di gunakan lagi. Tercemarnya kualitas air diakibatkan oleh jumlah plankton yang sudah banyak yang dapat mengurangi jumlah  oksigen di suatu tambak. Selain itu faktor tercemarnya kualitas air yaitu sisa hasil metabolisme.
B.      PEMECAHAN
Pemecahan yang dilakukan adalah:
ü  Pada pintu pemasukan air sebaiknya di beri saringan filter agar hama tidak ikut masuk kedalam wadah budidaya.
ü  Melakukan pergantian air secara rutin agar kualitas air tetap terjaga
ü  Melakukan pengeringan pada tambak agar zat zat kimia pada tambak hilang
ü  Sering sering mengecek tambak jangan sampai ada hama di dalam tambak yang dapat memakan organisme yang di budiaya. Hama dapat di berantas dengan cara manual atau di tangkap secara lansung.



BAB 6
PENUTUP

A.     Kesimpulan
                Kesimpulan Dari uraian di atas penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini akan menyimpulkan uraian-uraian tersebut di bawah ini :
1.      Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak setiap status sosial yang bersangkutan dengan pembudidaya tambak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara memaksimalkan sumber daya alam yang ada. Kemudian berkembang luas menjadi kesetaraan, kesejahteraan dan rasa aman.
2.       Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak dalam indikator Penghasilan lain dapat dilihat dari apa yang ada disekitar tambak tersebut, seperti berkembangnya ikan-ikan atau udang yang dapat dijadikan bahan mentah dalam proses pembuatan bumbu dapur.
3.      Dalam Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak ternyata para petambak merasa sejahtera, karena akses jalan yang sudah dapat dijangkau, kerjasama dengan pihak pemasaran (pembeli) dan teknologi yang dapat mempermudah petambak mendapat hasil panen lebih maksimal. Dengan ini dibuktikan bahwa makin meningkatnya kesejahteraan para petambak di desa Tongke-tongke



B. Saran
           Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak di Tongke-tongke, maka penulis perlu mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Perlu perhatian yang lebih dari pemerintah kemudian pengawasan terhadap bantuan dari pemerintah dan pihak swasta, sehingga secara langsung dapat memajukan Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak di Tongke-tongke.
2. Desa Tongke-tongke memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan, dengan didukung wilayah yang berada di pesisir.Kemudian kebudayan masyarakat desa Tongke-tongke.Sehingga dapat menjadi daya tarik dan tujuan wisata dari para pelancong.







makalah budidaya ikan nila

Makalah Budidaya Ikan Nila MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh ...