LAPORAN
( HasilKegiatan Pratik Kerjalapang
(PKL) 1 )
“SOSIAL EKONOMI
PELAKU UTAMA”
Di
DesaTongke-TongkeKec. SinjaiTimur
KabupatenSinjaiProvinsi
Sulawesi Selatan
OLEH :
Dhea Anisya
Putri
N.500.3.17.043
“KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN”
SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH
(SUPM) NEGERI BONE
2018
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A.
Latarbelakang.............................................................................................................1
B.
Maksuddantujuan.......................................................................................................3
BAB 2. PERSIAPAN...................................................................................................................6
A.
Survey
lokasi................................................................................................................6
B.
Pembekalan.................................................................................................................6
C.
Pembagiankelompok...................................................................................................7
BAB 3 . PELAKSANAAN ...........................................................................................................12
A.
Waktudantempat........................................................................................................12
B.
Keadaanlokasi.............................................................................................................12
C.
Metodepengumpulan
data ........................................................................................13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................14
A.
Gambaranumumdesatongke-tongke..........................................................................14
B.
Data
desatongke-tongke.............................................................................................15
C.
Topografi,
iklim, dantanahdesatongke-tongke...........................................................16
D.
Kawasanpotensialdesatongke-tongke........................................................................26
E. kondisikehidupansosialekonomipetambakdesatongke-tongkedusunbabanakabupatensinjai..........................................................................27
F. PendapatanPetanitambakDesaTongke-tongkeDusunBabanaKabupatenSinjai.........................................................................28
BAB 5. MASALAH DAN PEMECAHAN .....................................................................................29
A. Masalah......................................................................................................................29
B. Pemecahan.................................................................................................................30
BAB 6. PENUTUP ....................................................................................................................31
A. KESIMPULAN...............................................................................................................31
B. SARAN ........................................................................................................................32
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
Praktek Kerja Lapangan di desa Tongke-tongke Dusun Babana Kabupaten Sinjai selama
24 hari mulaitangal 26 Maret s/d 18 April , yang disusunoleh :
Nama :
dhea anisya putri
Nis :
500.3.17.043
Jurusan :1 Teknologi Budidaya Perikanan 2
AdalahbenartelahmengikutiPraktekKerja
Lapang I di desatongke-tongkeDusunBabanaKabupatenSinjai.
Telahdisetujuidan
di sahkanpadatanggal……..,……..2018
Guru Pembimbing,
ARAFAH
S.Pi
Nip :
DAFTAR TABEL
Tabel4.1 : Data keluarga
Tabel4.2 :PekerjaanAnggotaKeluarga
Tabel4.3 :PendidikanAnggotaKeluarga
Tabel4.4 :Penguasaan/Pemilikantanah/Lahan
Tabel4.5 : Usaha di bidangperikanan yang
digeluti
Tabel4.6 :Sarana yang dgunakan
Tabel4.7 :Saranaproduksi yang digunakan
Tabel4.8 :Investasi yang
tertanamdalamjangkawaktu lama
Tabel4.9 :SaranaProduksiHabisTerpakai
Tabel4.10 :SaranaProduksiHabisTerpakai
Tabel4.10 :Kebutuhansandangdalamsatusatuan
Tabel4.11 :Prasarana yang tersedia
/disiapkanolehpemerintah
Tabel4.12 :OrganisasiKelembagaan
Tabel4.13
:jurnalkegiatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
pemanenanbandeng
Gambar 1.2
pemanenanudang
Gambar 1.3 rumahresponden
Gambar 1.4
tambakresponden
Gambar 1.5
kegiatapagi
Gambar 1.6
penebaranrumputlaut
Gambar 1.7
gambarrumputlaut yang akan di tebar di tambak
Gambar 1.8
alatuntukpemanenanrumputlaut
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Wilayah pesisir memiliki keragaman potensi sumberdaya
alam yang tinggi dan sangat penting bagi pengembangan sosial, ekonomi, budaya
dan lingkungan sehingga perlu dikelola secara berkelanjutan dengan
memperhatikan partisipasi masyarakat. Menurut UU No 27
Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang
dimaksud dengan wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Masyarakat pesisir
diartikan sebagai masyarakat yang terdiri atas masyarakat adat dan masyarakat
lokal yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sedangkan
ekosistem mangrove sendiri diartikan sebagai suatu kesatuan komunitas
tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang
menghubungakannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktifitas di
dalam suatu habitat mangrove. Hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang
tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna,
muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat
surut yang komunitas tumbuhanya bertoleransi terhadap garam (Kusmana et al.,
2003). Keberadaan mangrove bagi masyarakat pesisir sangat penting dalam
menunjang kehidupanya. Selain berfungsi secara ekologis sebagai penyedia
makanan bagi biota laut, sebagai tempat memijah dan mengasuh (nursery ground)
berbagai macam biota, mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung
pantai dari hempasan gelombang air laut. Disamping itu sebagai peredam
gelombang dan angin badai, penahan lumpur, perangkap sedimen yang diangkut oleh
aliran permukaan (Bengen, 1999). Mangrove juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi
sebagai penghasil kayu, obat-obatan, arang dan manfaat lain yang membantu dalam
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pesisir. Pada saat ini hampir di
seluruh dunia terjadi degradasi kawasan hutan mangrove. Kerusakan hutan
mangrove di Indonesia berdasarkan data Departemen Kehutanan menunjukkan 4,5
juta ha, yang mengalami kerusakan dalam kategori sedang dan 2,2 juta ha masuk
kategori rusak berat. Beberapa penyebab semakin luasnya kerusakan hutan
mangrove diantaranya adalah pembangunan yang dilakukan di areal kawasan
mangrove dengan mengkonversinya menjadi areal penggunaan lain misalnya
pemukiman, jalan tol, pelabuhan, tambak, dan juga penebangan mangrove untuk
pembuatan arang yang melampaui batas kelestariannya. Kerusakan terus bertambah
karena eksploitasi yang dilakukan tidak seimbang dengan tingkat keberhasilan
rehabilitasi. Upaya rehabilitasi oleh pemerintah pada tahun 2004 dan 2005 hanya
berhasil seluas 34.601 ha, sementara tahun 2006 sekitar 2.790 ha (Anonim,
2008). Untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi hutan mangrove diperlukan
peningkatan pemberdayaan masyarakat berupa pemberian fasilitas, dorongan atau
bantuan kepada masyarakat pesisir agar mampu menentukan pilihan yang terbaik
dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan
hasil-hasil studi di beberapa daerah pantai menunjukkan bahwa keberadaan hutan
mangrove sangat memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir, baik secara ekologi
maupun ekonomi. Disisi lain kerusakan hutan mangrove semakin tinggi sehingga
akan berdampak pada terganggunya keseimbangan ekositem lainnya yang pada
akhinya akan kembali merugikan manusia itu sendiri. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka tulisan ini akan menggambarkan mengenai pemanfaatan hutan
mangrove oleh masyarakat pesisir dan mengukur tingkat partisipasinya dalam
kegiatan rehabilitasi mangrove.
B.
TUJUAN DAN MANFAAT
F TUJUAN
Maksud
dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) 1 adalah mencari tahu sosial
ekonomi para pelaku perikanan baik dalam sehari/bln/ periode dan juga sebagai kegiatan Siswa untuk mencari
pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, yang tercermin
dalam Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan
meningkatkan kecerdasan, kreativitas, dan ketrampilan agar dapat menumbuhkan manusia
yang dapat membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas Pembangunan
Bangsa dan Negara dalam pencapaian perekonomian meningkat dan kehidupan yang
makmur.
Karena pertumbuhan perekonomian yang meningkat, didukung
pula oleh tumbuhnya persaingan dibidang industri dan teknologi yang memaksa
kita untuk ikut terjun kedalam dunia
industri, bisnis, dan perdagangan .
Adapun tujuan diadakan pelaksanakan Praktik Kerja
Lapangan ( PKL ) antara lain :
Ø Untuk
memperkenalkan siswa pada dunia usaha
Ø Mendata para
pelaku utama perikanan
Ø Menumbuhkan
& meningkatkan sikap profosional yang diperlukan siswa untuk memasuki dunia
usaha
Ø Meningkatkan
daya kreasi dan produktifitas tehadap siswa sebagai persiapan dalam menghadapi
atau memasuki dunia usaha yang sesungguhnya
Ø Meluaskan
wawasan dan Pandangan Siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan pada tempat dimana
Siswa melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
F MANFAAT
ü Menambah wawasan
pada siswa/i
ü Mengetahui
sosial ekonomi yang diperlukan oleh para pelaku utama oerikanan oleh para
pelaku perikanan
ü Membina hubungan
kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan perusahaan atau lembaga
instansi lainnya.
ü Mendapatkan
pengalaman untuk bekal pada saat bekerja nantinya.
ü Menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kekeluargaan antara pihak sekolah dengan pihak perusahaan atau
lembaga instasi lainnya.
BAB 2
PERSIAPAN
A. SURVEY LOKASI
Untuk memperlancar kegiatan PKL terlebih dahulu panitia pelaksana PKL melakukan survey lokasi untuk mengetahui
bagaimana keadaan lokasi tempat dimana akan dilakukan PKL.
B.
PEMBEKALAN
Untuk kelancaran praktek kerja lapang
(PKL) dilokasi, maka sekolah mengadakan program pembekalan pada siswa (i) SUPM
bone yang akan melakukan PKL yang berupa pemberian materi. Adapun yang
memeberikan materi adalah sebagai berikut:
1.
Bapak ir.jamaluddin, m.si
Materi yang diabawakan mengenai prosedur
pengisian koesioner sosial ekonomi pelaku utama.
2.
Ibu ari kusuma wardani s.st.pi
Membawakan materi tentang tata tertib
dan tatakrama yang harus dilakukan selama melakukan PKL di desa tongke-tongke,
kabupaten sinjai.
3.
Bapak asriadi K. S.pd, Gr, m.pd
Membawakan materi tentang microsoft word
dan microsoft exel
C.
PEMBAGIAN
KELOMPOK
Untuk memudahkan
melakukan kegiaatan dilokasi PKL, panitia pelaksana PKL melakukan pembagian
kelompok, khususnya jurusan TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN berjumlah 62 orang yang dimana putri berjumlah
37 dan putra 27 orang yang dibagi
kelompok sebanyak 5, dimana setiap kelompok berjumlah 12-14 orang.
BAB 3
PELAKSANAAN
A.
WAKTU DAN TEMPAT
Waktu dan tempat
praktek keja lapang (PKL) 1 dilaksanakan mulai
Hari Senin, Tanggal 26 Maret 2018 sampai dengan Hari
Rabu, Tanggal 18 April 2018, yang
berlokasi di:
Dusun : Babana
Desa :
Tongke-Tongke
Kecamatan : Sinjai Timur
Kab/Kota :Sinjai
Provinsi : Sulawesi Selatan
B.
KEADAAN LOKASI
Tongke tongke merupakan
desa yang berada dikacamatan Sinjai Timur, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa
yang tekstur tanahnya terdiri atas lumpur yang berpasir ini memiliki kawasan
hutan bakau yang merupakan Kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran
mangrove, yang luasnya mencapai 173,5 hektar
dan telah di jadikan tempat parwisata
Selain itu banyak penduduk yang memiliki tambak di desa tongke tongke
tersebut kerena sumber airnya cukup melimpah dan cocok di gunanakan untuk membudidayakan ikan,udang maupun rumput
laut
C.
METODE
PENGUMPULAN DATA
a.
Metode wawancara
atau interviewCara pengumpulan data pada metode ini adalah dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan sumber atau responden dengan
menggunakan media koesioner.
b. Metede observasi
Cara pengumpulan
data dengan mengadakan pengamatan secara lansung pada proses kegiatan di
lapanagn yang dijadikan data.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
GAMBARAN
UMUM DESA TONGKE-TONGKE
Letak Geografis dan Administrasi Daerah pesisir timur Kabupaten Sinjaiyang
terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur.Secara
geografis terletak antara 05019'50" - 05036'47"BT dan 119048'000-120011'00"
LS. Luas wilayah lebih kurang 819,96 Km2 dengan panjang garis pantai 17 Km
.Wilayah administratif pemerintahanKabupaten Sinjai terdiri dari 8 kecamatan,
13 kelurahan, 55 desa, dan 259 lingkungan/dusun dengan luas wilayah 819.96 Km2,
atau 1,29 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi Selatan dengan
batas wilayah:
Sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Bone,Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone,Sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Gowa ,Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bulukumba,Desa Tongke-tongke yang terletak di Kecamatan Sinjai Timur.
Kabupaten Sinjai adalah sebuah
desa yang berada pada bagian Barat Teluk Bone. Lokasi ini dilalui oleh dua buah
sungai, yaitu sungai Baringeng dan sungai Tui yang membawa sedimen dari Gunung
Bawakaraeng hingga ke pesisir pantai, sehingga tanah yang berada pada kawasan
tersebut merupakan campuran antara pasir dan lumpur sungai. Secara
administratif Desa Tongke-tongke merupakan sebuah desa yang berada pada wilayah
Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai yang berjarak sekitar 20 km dari
Balanipa (ibukota Kabupaten Sinjai) yang dapat dijangkau dengan menggunakan
kendaraan bermotor dalam waktu 30 menit. Daerah yang memiliki luas 2,25 km2,
secara umum merupakan kawasan konservasi hutan mangrove dan daerah pertanian.
B.
DATA DESA
TONGKE-TONGKE
Tongke-tongke
|
|
92671
|
|
Luas
|
4,75 km²
|
Jumlah penduduk
|
|
Kepadatan
|
733 jiwa/km² (2010)
|
C. TOPOGRAFI, IKLIM, DAN TANAH DESA TONGKE-TONGKE
Secara topografi terdiri
dari gunung, perbukitan, daratan, dan pantai dengan ketinggian 0 – 40 m. Daerah
pesisir dengan ketinggian dibawah 25 m diatas permukaan laut dengan kemiringan
0 – 2 %. Secara klimatologi Kabupaten Sinjai terletak pada posisi iklim musim
timur dimana bulan basah terjadi antara bulan April – Oktober dan bulan kering
Oktober – April. Pola hujan sangat dipengaruhi oleh pasat tenggara. Periode
hujan daerah ini terjadi dua kali yakni periode Maret/April hingga Juni/Juli
dengan curah hujan dapat mencapai 300 – 400 mm/bulan dan periode Desember –
Januari dengan curah hujan mencapai 150 – 200 mm/bulan. Temperatur udara
berkisar 220C – 320C. Jenis tanah yang ditemukan yaitu tanah latosol yang
memiliki lapisan tanah yang sangat tipis dengan singkapan-singkapan batu kapur.
Sumber
Daya Alam Karakteristik wilayah Desa Tongke-tongke terdiri dari 3 (tiga)
wilayah, yaitu pegunungan, dataran rendah, dan lautan. Sumberdaya alam di
wilayah pegunungan di Dusun Baccara dan Bentenge berupa kawasan hutan campuran
serta mata air yang terletak di Supanda Dusun Bentenge.
Di wilayah dataran rendah, potensi yang dimiliki
secara umum adalah
lahan pertanian berupa sawah tadah hujan seluas 1603,9
are yang terbagi di Dusun Maroangin seluas 188 are, Dusun Baccara seluas 1.389
are, dan Dusun Bentenge seluas 1026,9 are. Selain lahan pertanian juga terdapat
lahan perkebunan yang terletak di Dusun Baccara dan Bentenge. Luas lahan
tambak/empang 54 ha meliputi Dusun Cempae 32 ha, Dusun Babana 8 ha, Dusun
Maroangin 4 ha, Dusun Baccara 5 ha, dan Dusun Bentenge 5 ha, disamping itu
terdapat disatu daerah aliran sungai yang melintasi Dususn Maroangin dan Dusun
Baccara. Mengenai selokan/got, Tongke-tongke memiliki selokan air/got sekitar
2.140 meter, dimana 150 meter di Dusun Maroangin, Dusun Babana 1.340 meter, dan
Dusun Cempae sepanjang 650 meter, kesemuanya baik hanya saja rata-rata
tergenang karena tersumbat oleh sampah-sampah buangan masyarakat.
Desa Tongke-tongke memiliki sarana dan
prasarana yang cukup diantaranya adalah gorong-gorong di Dusun Baccara ( 3
berfungsi dan 3 rusak), banyaknya gorong-gorong di Dusun ini karena berdekatan
dengan sungai dan berada di bawah lereng-lereng gunung dan dipisah jalan raya.
Di Dusun Maroangin terdapat 4 buah
(3 yang baik 1 rusak), yang dilalui oleh saluran air laut yang masuk ke tambak.
Di Dusun Bentenge terdapat 5 buah semuanya rusak, keberadaannya karena berada
di lereng-lereng gunung dan dipisahkan dengan jalan raya sehingga air dari
gunung mengalir dari atas gunung ke jalan raya. Jembatan yang dibuat oleh
kelompok ACI di Dusun Cempae 1 unit dibangun di tengah-tengah hutan Mangrove
memanjang keluar ke laut sebagai tempat jalan-jalan untuk melihat hutan bakau
dan kelelawar serta satwa lainnya yang ada di hutan Mangrove namun jembatan ini
belum rampung. Dua buah mesjid terdapat di Dusun Baccara yang semua berfungsi
untuk tempat shalat Jum’at, terdapatnya dua mesjid di Dusun Baccara karena
jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan dengan Dusun-Dusun lainnya.
Dusun
Maroangin dan Dusun Babana masing-masing mempunyai sebuah mesjid yang
berfungsi. Dusun Cempae terdapat juga sebuah mesjid, namun saat ini dalam
renovasi dan berfungsi sementara di Dusun Bentenge terdapat 2 buah namun salah
satunya dalam keadaan rusak. Sarana air bersih di Desa Tongke
-tongke belum dijangkau oleh PDAM namun pemerintah
telah membuat tempat-tempat penampungan air tiap-tiap dusun, dengan pengisian
oleh PDAM dengan kapasitas masing-masing 3.000liter.
Dusun
Baccara memiliki sebuah bak penampungan air dan berfungsi dengan baik, di Dusun
Maroangin terdapat 5 buah, Dusun Babana terdapat 4 buah, Dusun Cempae 7 buah
sedangkan Dusun Bentenge memiliki 4 buah yang semuanya berfungsi baik.
Untuk
mempermudah sarana transportasi di Desa Tongke-tongke memiliki jalan raya desa
(aspal) yang tersebar dan berfungsi dengan baik, yaitu di Dusun Baccara 1,5 Km,
Dusun Babana 500 meter, Cempae 400 meter, dan Dusun
Bentenge 1 Km, sementara di Dusun Maroangin sepanjang
750 m namun 5 m
dalam kondisi rusak. Jalanan/lorong yang menggunakan
Pain Blok dan masih
dalam keadaan baik terdapat di Dusun Baccara sejumlah
6 buah (3 buah dapat
dilalui mobil, 3 lainnya untuk pejalan kaki), Dusun
Maroangin sepanjang 150 meter, Dusun Cempae 650 meter sementara di Dusun Babana
dari 1.300 meter, 40 meter diantaranya dalam keadaan rusak sedangkan di Dusun
Bentenge semuanya lorong dalam keadaan rusak. Mengenai keberadaan baruga hanya satu
terdapat di Dusun Cempae. Baruga yaitu tempat pertemuan masyarakat
Tongke-tongke dan setiap tamu yang datang untuk melihat-lihat hutan Mangrove,
itupun sudah mulai rusak, dulu pernah ada bangunan (bantuan dari pusat) yang
diberikan sebagai tempat penelitian dan pengembangan hutan Mangrove namum Pemda
sinjai mendirikannya di kota sehingga Baruga itu tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, padahal seharusnya didirikan di Desa Tongke-tongke.
Gudang pupuk 1 unit di Dusun
Baccara, sudah rusak dan tidak difungsiksn lagi. Masyarakat Desa Tongke-tongke
sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan, oleh karena itu
Pemerintah membangun 1 buah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di Dusun
Babana di muara sungai Baringan, namun belum difungsikan secara maksimal.
Tempat Pengeringan Coklat (buah) terdapat sebuah di Dusun Bentenge dalam
kondisi bagus. Sarana Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tersedia dalam bentuk
permanen sejumlah 2 buah, yaitu di Dusun Baccara dan Dusun Babana, hanya saja
mereka masih kekurangan tenaga pengajar.
Disamping SD, Tongke-tongke juga mempunyai sebuah
sekolah agama berupa pesantren permanen, yang berada di dusun Baccara.
Sedangkan Sekolah Taman Kanak-Kanak dan TPA ada dua buah yakni berada di Dusun
Baccara dan Dusun Babana, semuanya berfungsi dengan bangunan semi permanen.
Sarana Pemerintahan Kantor Desa Tongke-tongke sementara ini dibangun di atas
lahan seluas 10 x 15 meter, yakni berada di dusun Babana, karena dusun ini
dianggap sebagai pusat pemerintahan desa. Untuk kebutuhan pertanian, terdapat
sebuah Kantor Balai Penyuluhan Pertanian di dusun Bentenge yang dibangun
sebelum pemekaran, dan saat itu masih milik pemerintah kecamatan. Sumberdaya
Sosial Dalam melaksanakan pembangunan perlu diperhatikan masalah sumberdaya sosial,
karena potensi ini merupakan salah satu potensi yang mampu menjaga keutuhan dan
kebersamaan masyarakat, baik dalam menghadapi pengaruh dari luar maupun untuk
mengatasi permasalahan di dalam.
Tongke-tongke
memiliki kemampuan sosial yang cukup potensial, seperti lembaga-lembaga di
tingkat desa. Pemerintahan desa untuk sementara ini dalam pembenahan, Desa
Tongke-tongke terdiri dari 5 (Lima) dusun, yakni Dusun Baccara yang terdiri
dari 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT), Dusun Babana (1 RW, 3 RT),
Dusun Bentenge (1 RW, 3 RT), Dusun Maroangin (1 RW, 2 RT), dan Dusun Cempae (2
RW, 4 RT). Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terdapat masing-satu
kelompok di Dusun Baccara, Dusun Bentenge, dan Dusun Cempae. Sedangkan di Dusun
Maroangin terdapat 2 kelompok, serta di Dusun Babana 3 kelompok.
Desa
Tongke-tongke memiliki 5 buah Posyandu, masing-masing berada di tiap dusun,
yang aktif melakukan imunisasi/penimbangan setiap bulan, hanya saja tenaga
medisnya terbatas. Sementara badan legislatif di tingkat desa, yaitu Badan
Perwakilan Desa (BPD) sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat mempunyai
pengurus sebanyak 11 orang dengan peranan membuat peraturan-peraturan desa.
Desa juga memiliki Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Semua lembaga desa
semuanya mempunyai pengurus dan mencoba aktif membantu desa dengan menjalankan
tugas sesuai fungsinya masing-masing. Aktifitas keagamaan sangat tinggi, ini
terlihat di setiap dusun memiliki masjid dengan pengurus remaja masijd yang
aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti pengajian, tadarrusan,
lomba hapal Surah-surah pendek bagi anak-anak, lomba adzan, dan lomba pidato
setiap tahun.
Desa
Tongke-tongke juga mempunyai organisasi-organisasi kepemudaan seperti Persatuan
Sepak (PS) Bola Aku Cinta Indonesia, PS Harapan Jaya, Persatuan Tenis Meja
Laba-laba, Persatuan Bulu Tangkis Mario Riawo, bola volley serta karang taruna,
kesemuanya ini aktif di bidangnya masing-masing. Khususnya tenis meja, Desa
Tongke-tongke selalu menjadi juara di tingkat kabupaten dan mewakili Kabupaten
Sinjai di Tingkat Provinsi.
Sementara kelompok arisan terdiri dari beberapa
kelompok yaitu satu kelompok arisan PKK di tingkat desa, kelompok arisan
ibu-ibu rumah tangga yang tersebar di empat dusun yaitu, Dusun Baccara (2
kel.), di Dusun Bentenge (1 kel.), Dusun Morangin (1 kel.), Dusun Babana (4
kel.), dan Dusun Cempae (2 kel.). Selain itu terdapat juga kelompok arisan
anak-anak yang tersebar di Dusun Baccara (1 kel), Dusun Maroangin (2 kel.),
Dusun Babana (2 kel.), semua kelompok arisan berjalan dengan aktif. Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada di Desa Tongke-tongke terdiri dari KSM Aku
Cinta Indonesia (ACI) bergerak masalah pengelolaan hutan , KSM Tulung Mario
pengasapan ikan di Dusun Babana, KSM Sipakainge penjual barang campuran
(kebutuhan rumah tangga) di Dusun Maroangin, KSM Sipatuo penjualan ikan mentah
di Dusun Cempae, Kerukunan Keluarga Tiga Nenek semacam ikatan kekerabatan
keluarga di Dusun Cempae, kelompok nelayan terdapat di tiga dusun, yaitu Dusun
Maroangin, Dusun Babana, dan Dusun Cempae, kelompok petani tambak hanya
terdapat di Dusun Bentenge, Kelompok Akar Laut di Dusun Babana, Kelompok
Samaturu di Dusun Cempae, Kelompok Nelayan Masban di Dusun Babana.
Sumberdaya Ekonomi Potensi sumber daya
ekonomi di Desa Tongke-tongke, dapat dilihat dengan cara melakukan pendataan
barang dan yang masuk serta barang dan jasa yang dikeluarkan. Data ini akan
memberikan gambaran tingkat kebutuhan dan kemampuan Desa Tongke-tongke dalam
memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan pasar bagi pihak luar. Uraian di
bawah menunjukkan tingkat hubungan potensi ekonomi desa. Barang dan Jasa
Nelayan adalah pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat karena
lokasinya merupakan wilayah pesisir.
Nelayan
yang ada di Tongke-tongke terbagi atas (1) nelayan kecil yang hanya
menggantungkan hidupnya di laut sekitar Sinjai dan (2) nelayan besar
(penongkol) yang biasanya menangkap ikan di daerah Flores dan Jawa dengan waktu
berbulan-bulan. Kebutuhan nelayan antara lain : pancing, kawat, tasi/nilon
ukuran 50, pukat, perahu, mesin (Mitsubishi, Kubota, Yanmar, Honda), es balok,
dan kili-kili. Pemenuhan kebutuhan tersebut biasanya setiap satu kali melaut
sekitar 15 hari sekali.
Sebagian
besar pemenuhan kebutuhan tersebut dipenuhi dari PasarSentral Sinjai yang
merupakan urat nadi perekonomian di Kabupaten Sinjai. Uraian tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat nelayan begitu tinggi dari pihak
luar untuk melakukan pekerjaannya, serta diperlukan modal besar untuk sekali
melaut, sehingga terkadang nelayan sangat menggantungkan hidupnya kepada kepada
tengkulak sebelum mereka melaut.
Sejarah
Hutan Mangrove Tongke-Tongke Kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Sinjai
pada tahun 1985 dalam keadaan rusak, dan pantai timur dalam keadaan terbuka.
Pada saat itu angin kencang, ombak besar menghantam tempat permukiman nelayan
di pantai tersebut. Lumpur di pantai dan muara sungai mencapai kedalaman 0,50
meter dan masyarakat merasakan penderitaan. Dengan keadaan ini muncul pemikiran
dari tokoh-tokoh masyarakat untuk melaksanakan penanaman mangrove jenis
Rhizophorasecara swadaya.
Sumber
Data: Dinas PKT Kab.Sinjai,1999 Hutan mangrove di Tongke-Tongke yang merupakan
swadaya masyarakat setempat, sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian
hutan mangrove tersebut sangat baik. Hal ini didukung dengan kebijakan
pemerintah daerah yang telah mengeluarkan PERDA No. 8 Tahun 1999 tentang Pelestarian,
Pengelolaan, dan Pemanfaatan Hutan Mangrove. Penetapan kebijakan pelarangan
penebangan hutan mangrove oleh
pemerintah bertujuan agar hutan mangrove yang ada saat
ini dijaga keberadaannya agar tetap lestari guna kepentingan masyarakat
setempat.
Sebelum kebijakan pemerintah daerah
menetapkan pelarangan penebangan hutan mangrove swadaya masyarakat di
Tongke-Tongke, terlebih dahulu telah diterapkan aturan lokal melalui penetapan
sebagian lahan mangrove masyarakat sebagai Hutan Kesepakatan Desa yang tidak
boleh diganggu dan dijamah oleh siapapun. Masyarakat setempat sudah tidak lagi
memanfaatkan mangrovenya secara bebas. Kemudian tahun 1999, pemerintah daerah
menetapkan kebijakan pelarangan peebangan mangrove yang diatur dalam Perda No.
8 Tahun 1999.
Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menerima kebijakan tersebut. Indikasi
keefektifan kebijakan pemerintah berjalan dengan baik adalah:
(1) masyarakat tidak lagi mengganggu ekosistem
mangrove yang ada, walaupun
mangrove tersebut miliknya. Mereka hanya memanfaatkan ranting-ranting kayu
dan kayu mangrove yang sudah mati alami.
(2) masyarakat
menyadari sepenuhnya manfaat hutan mangrove sebagai bagian dari hidupnya.
(3) masyarakat
mempertahankan ekosistem mangrove dari gangguan luar yang mengancam
kepunahannya sejak adanya kesepakatan hutan desa hingga ditetapkannya kebijakan
pemerintah.
Pemerintah
daerah menetapkan kebijakan lebih bersifat strategi dalam penyelamatan
lingkungan pantai dari amukan ombak, hempasan badai, dan abrasi pantai.
Pemerintah daerah sangat memahami kepentingan dan kebutuhan masyarakat terhadap
kebutuhan hutan mangrove yang telah berhasil dilestarikan, yang saat ini telah
berfungsi secara ekologi melindungi pantai dari abrasi), biologi (tempat
berbagai biota air), dan ekonomi (penjualan kayu bakar dari hasil pemangkasan
secara terbatas, penjualan bibit/buah
Mangrove, dan penjualan kulit batang serta ranting-ranting kecil).
Keberadaan vegetasi mangrove ini
berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan khususnya kawasan pesisir, karena
fungsi ekologisnya. Jika kawasan mangrove di Tongke-Tongke dipertahankan tanpa
mengabaikan manfaat lain yang dapat diperoleh dari keberadaan vegetasi mangrove
tersebut antara lain sebagai kawasan tambak maka diharapkan dapat dicapai suatu
keuntungan ekonomi dan kelestarian kawasan pesisir.
D. KAWASAN POTENSIAL DESA TONGKE-TONGKE
Kawasan pesisir
kabupaten sinjai memiliki sumber daya alam yang begitu cukup banyak memiliki
potensial, salah satunya adalah untuk menjadikan tempat budidaya tambak dan
permaslahan utama dalam pengembangan budidaya tambak adalah tinngi nutrien dan
bahan organik dari budidaya tambak yang dapat menurunkan daya dukung
lingkungan. Metode survei digunakan untuk menilai karakteristik biosifik
linhkungan. Hutan mangrove yanhg begitu luas bisa dimanfaaatkan sebagai
pendukung suhu ditempat itu agar tidak terlalu panas akibat dari pembiasan air
payau dengan matahari.
E.
KONDISI
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETAMBAK DESA TONGKE-TONGKE DUSUN BABANA KABUPATEN
SINJAI
Hasil penelitian dan pembahasan tentang Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi
Petambak Desa Tongke-tongke Dusun Babana Kabupaten Sinjai.Berbicara tentang
kondisi kehidupan sosial ekonomi yang dikemukakan di atas sangat menarik dan
perlu mendapat perhatian yang cukup besar, karena dalam kondisi kehidupannya
sendiri petambak bukanlah sebagian orang yang tergelincir pada lilitan ekonomi.
Berdasarkan definisi diatas
maka akan dibahas dalam artikel ini yaitu terkait tiga fokus diantaranya status sosial, penghasilan lain,
pendapatan di Desa Tongke-tongke dusun Babana Kabupaten Sinjai. Kesejahteraan
masyarakat merupakan salah satu tugas pokok pemerintahan hal ini sesuai dengan
tujuan dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Perhatian pemerintah
khususnya pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalamtercapainya kesejahteraan
masyarakat terutama di daerah pedesan seperti desa Tongke-tongke. Keterlibatan
pemerintah daerah dan perusahaan swasta dalam membantu pelaku-pelaku prikanan
di daerah Tongke-tongke Pantuan sangat dibutuhkan, namun dalam kenyataan
dilapangan bantuan pemerintah belum tersentuh keseluruh lapisan golongan
masyarakat, terutama masyarakat yang mata pencahariannya sebagai pembudidaya
tambak udang.
F.
PENDAPATAN
PETANI TAMBAK DESA TONGKE-TONGKE DUSUN BABANA KABUPATEN SINJAI
Pembangunan dan perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat,
mengakibatkan manusia dapat hidup lebih tentram. Akan tetapi di sisi lain
terdapat pengaruh tertentu yang mengakibatkan terjadinya ganguan terhadap
ketentraman kehidupan manusia. Kenyataan menunjukan bahwa setiap pendapatan
dalam suatu pekerjaan masih banyak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari, hal tersebut tidak begitu berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan
para pembudidaya tambak.Dalam pekerjan yang menyangkut budidaya tambak
penghasilan dalam pekerjan ini tidak menentu seperti pekerjaan kantoran yang
sudah pasti penghasilanya perbulan. Sedangkan pekerajan sebagai buruh atau
pekerja tambak untuk memanen hasil tambak memerlukan waktu tiga bulan dan
selama itu para pekerja atau buruh tambak melakukan pekerjan yang lain seperti
mencari kepiting kemudian menjualnya kepada pengepul. Para pekerja atau buruh
tambak mendapatkan gaji berupa uang dan setiap per tiga bulan parah buruh atau
pekerja tambak penghasilanya dapat diratakan sekitar Rp. 5.000.000 sementara
sebagai pemilik tambak penghasilan dalam setiap panen dapat diratakan sekitar
puluhan juta rupiah.
BAB 5
MASALAH DAN
PEMECAHAN
A.
MASALAH
Masalah yang
sering di hadapi dalam usaha budidaya yaitu :
ü Bibit ikan
banyak yang mati
Bibit ikan banyak yang mati karena cuaca yang terlalu
panas yang dapat membuat bibit ikan setres dan akhirnya mati
ü Adanya hama
Hama biasanya masuk ke dalam tambak melalui pipa
pemasukan air ataupun memang sudah ada di dalam tambak tersebut. Hama dapat
merusak sarana budidaya yaitu pematang apalagi pada tambak tradisional seperti kepiting karena dapat membuat lubang
pada pematang yang mengakibat kan tambak jadi bocor. Hama predator yaitu
memakan suatu organisme yang di budidaya yang mengakibatkan ikan yang
dibudidayakan berkurang.
ü Adanya penyakit
Penyakit yang timbul biasaya karena faktor kualitas air
yang sudah tidak layak di gunakan lagi. Tercemarnya kualitas air diakibatkan
oleh jumlah plankton yang sudah banyak yang dapat mengurangi jumlah oksigen di suatu tambak. Selain itu faktor
tercemarnya kualitas air yaitu sisa hasil metabolisme.
B.
PEMECAHAN
Pemecahan yang dilakukan adalah:
ü Pada pintu
pemasukan air sebaiknya di beri saringan filter agar hama tidak ikut masuk
kedalam wadah budidaya.
ü Melakukan
pergantian air secara rutin agar kualitas air tetap terjaga
ü Melakukan
pengeringan pada tambak agar zat zat kimia pada tambak hilang
ü Sering sering
mengecek tambak jangan sampai ada hama di dalam tambak yang dapat memakan
organisme yang di budiaya. Hama dapat di berantas dengan cara manual atau di
tangkap secara lansung.
BAB 6
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan Dari uraian di atas penulis kemukakan pada bab-bab
sebelumnya, maka berikut ini akan menyimpulkan uraian-uraian tersebut di bawah
ini :
1.
Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi
Petambak setiap status sosial yang bersangkutan dengan pembudidaya tambak mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara memaksimalkan sumber daya alam yang
ada. Kemudian berkembang luas menjadi kesetaraan, kesejahteraan dan rasa aman.
2.
Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Petambak
dalam indikator Penghasilan lain dapat dilihat dari apa yang ada disekitar
tambak tersebut, seperti berkembangnya ikan-ikan atau udang yang dapat
dijadikan bahan mentah dalam proses pembuatan bumbu dapur.
3.
Dalam Kondisi Kehidupan Sosial
Ekonomi Petambak ternyata para petambak merasa sejahtera, karena akses jalan
yang sudah dapat dijangkau, kerjasama dengan pihak pemasaran (pembeli) dan
teknologi yang dapat mempermudah petambak mendapat hasil panen lebih maksimal.
Dengan ini dibuktikan bahwa makin meningkatnya kesejahteraan para petambak di desa
Tongke-tongke
B. Saran
Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi
Petambak di Tongke-tongke, maka penulis perlu mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Perlu perhatian yang
lebih dari pemerintah kemudian pengawasan terhadap bantuan dari pemerintah dan
pihak swasta, sehingga secara langsung dapat memajukan Kondisi Kehidupan Sosial
Ekonomi Petambak di Tongke-tongke.
2. Desa Tongke-tongke
memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan, dengan didukung wilayah
yang berada di pesisir.Kemudian kebudayan masyarakat desa
Tongke-tongke.Sehingga dapat menjadi daya tarik dan tujuan wisata dari para
pelancong.