Kamis, 01 November 2018

makalah budidaya ikan nila


Makalah Budidaya Ikan Nila

MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dengan judul “
Manajemen Tata Lingkungan Pada Ikan Nila ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan
laporan ini.
Gorontalo,
Oktober
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………...
1
1.2 Tujuan ................
…………………………………………...
2
1.3 Manfaat…………………………………………………...... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan morfologi...................................................… 3
2.2.Lokasi Dan Habitat................................................................ 4
2.2.1 Pemilihan Lokasi................................................................ 4
2.2.2 Persyaratan Lokasi ............................................................. 6
2.2.3 Habitat Ikan Nila ................................................................
6
2.3 Pemilihan Induk…………………………………………... 7
2.4 Teknik Pembenihan................................................................ 11
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan...............................................
11
2.4.2proses Pemijahan.................................................................. 11
2.5 Pakan....................................................................................... 14
2.6 Hama Dan Penyakit................................................................ 15
BAB III PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………….
18
5.2 Saran……………………………………………………...
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya. Kita harus mengetahui cara -cara yang tepat dalam mengelolanya agar kita dapat memanfaatkan dengan maksimal dan mengembangkan modal dasar tersebut makin besar manfaatnya, untuk pembangunan lebih di masa yang akan datang. Sebagai salah satu contoh dalam
memanfaatkan sumberdaya alam adalah membudidayakan ikan, salah satu contohnya adalah ikan nila.
Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia. Menurut FAO (2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al . (2008) dan De Schryver
et al. (2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. De Schryver et al . (2008) dan Crab et al. (2007) menyatakan bahwa ikan hanya menyerap sekitar 25% pakan yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam air. Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri menjadi ammonia. Akumulasi ammonia dapat mencemari media budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian (Avnimelech, 1999; Avnimelech, 2009).
Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan penanganan yang baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu dipersiapkan adalah pemilihan lokasi usaha karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha yang tepat diharapkan usaha tersebut akan berjalan seperti yang diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis ( berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik tanah maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran dan biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat usaha tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni :
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi baik faktor teknis maupun non teknis.
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja persyaratan lokasi budidaya ikan nila.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini yakni :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang
manajemen aquakultur tawar pada budidaya ikan nila.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan manajemen aquakultur tawar pada masyarakat petani ikan yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nila
Gambar 1. Morfologi ikan nila
Secara umum klasifikasi ikan nila
menurut Suyanto (2003), adalah sebagi
berikut ;
Filum : Chordata,
Sub Filum : Vertebrata,
Kelas : Osteichtyes,
Sub Kelas :
Acanthopterigii,
Ordo :
Percomophy,
Sub Ordo :
Percoidea,
Famili :
Cichilidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis niloticus.
Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya besar berjumlah 24 buah, terdapat gurat sisi ( linea lateralis ) terputus-putus di bagian tengah badan kemudian berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada, matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak berjumlah 7-12 buah.
2.2 Lokasi Dan Habitat
Banyak factor yang mennentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis ( http://sobijpk.blogspot.com ) :
Faktor teknis
Factor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.
Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai degan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber air ini biasa berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.
Jenis Tanah
Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan lokasi yang sumber airnya tercemar, baik itu oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bisa megakibatkan kematian pada ikan.
Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas ar yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracun serta suhu, pH sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan.
Faktor non teknis
Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana produk serta kesesuaian dengan lingkungan social budidaya setempat.
Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di produksi dan pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
Dekat dengan sarana transportasi
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatikan juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, Hal ini pula berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang harus digunakan.
Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudahan dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang dikeluwarkan dapat di tekan seminimal mungkin.
Keamanan terjamin
Keamanan terjamin yang dimaksud di sini adalah keamanan yang dapat menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.
Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
Lingkungan social budaya
Ligkungan social budaya pun mungkin untuk hal-hal tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan lingkungan social budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan social budaya dan agama di daerah yang dipilih.
2.2.2 Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Nila
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/ alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
2.2.3 Habitat ikan nila
Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14 o C – 38 oC, atau suhu optimal 25 oC – 30 oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 14 0 C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 30 0 C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt.
Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan denganalkalinitas rendah atau netral. Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10.
Nila hidup di lingkungan air tawar, air
payau, dan air asin.Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan. Ikan nila adalah ikan air tawar yang dapat dipelihara di air asin namun pertumbuhan optimal ikan dapat terjadi pada kisaran salinitas tetap untuk menekan mortalitas ikan, maka dilakukan adaptasi secara bertahap hingga dapat beradapstasi dengan air pada lingkungan barunya. Adaptasi ikan nila pada air asin dilakukan dengan penambahan air laut setiap hari selama 5 ppt hingga mencapai 10 ppt. pada awal pemeliharaan ditambak ikan nila hasil adaptasi dari air tawar ke air asin mengalami pertumbuhan yang lambat hal ini disebabkan pada minggu awal atau bulan pertama ikan nila masih dalam penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.
Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Bila kekeruhan disebabkan oleh plankton hal ini memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat endapan lumpur yang terlalu tebal dan pekat hal itulah yang tidak diinginkan. Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air akan mengganggu penglihatan ikan dalam air sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ikan. Selain itu benih yang masih berukuran sangat kecil akan terganggu pernafasannya karna lumpur akan ikut terpisah air dan trsangkut dalam insang ( http://hallonirma.blogspot.com ).
2.3 Pemilihan Induk Ikan Nila
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain. Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan alat kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina
(Sumber : Trubus, 2011)
Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1 (Mubinun, et al ., 2007).
Tabel 1 . Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
No Jantan Betina
1 Alat kelamin berupa tonjolan ( papilla ) dibelakang lubang anus. Pada tonjolam ini terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma dan urine. Alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus. Pada tonjolan tersebut terdapat 2 lubang. Lubang yang pertama terletak di
dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi sebagai tempat keluarnya telur. Lubang yang kedua terletak di belakangnya, berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya urine
2 Warna badan lebih cerah Warna badan agak pucat
3 Warna sirip memerah terutama pada saat matang gonad dan menjadi lebih galak terhadap ikan jantan yang lain. Pada saat matang gonad bagian tepi sirip tidak berubah warna dan gerakannya lambat.
4 Kematangan gonad ikan nila diketahui dengan cara melakukan pengurutan perut kearah anus dan akan mengeluarkan cairans kental berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna merah. Kematangan gonad ikan diketahui dengan cara meraba perut dan pengamatan bagian anus, yaitu ditunjukkan dengan telur yang berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak jika diraba, bagian anus menonjol
dan kemerahan.
gtfffff
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.
Tabel 2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Cirri-ciri Induk jantan Induk betina
Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih rendah dan memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang kelamin Satu lubang (untuk mengeluarkan sperma sekaligus air seni) Dua lubang :
1. Untuk mengeluarkan telur
2. Untuk mengeluarkan air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan berbentuk bulat
Warna sirip ekor Didominasi warna merah Hitam
Sumber : Judantari, 2008
Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi
dapat dilihat pada Tabel 3.
SATUAN JENIS KELAMIN
JANTAN BETINA
Bulan 6-14 6-14
total Cm 16 – 25 14-20
buh G 400 – 600 300 – 450
itas Butir/ekor - 1.000 - 2.000
er Telur mm - 2,5 - 3,1
Sumber: SNI 01-6138-1999
Induk Ikan Nila Hitam ( Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok.
2.4 Teknik Pembenihan
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agak tenang dan kedalaman yang cukup Kolam pemijahan dapat dibuat berdinding beton.
Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak dihuni plankton dan tumbuhan air kecilyang menjadi pakan tambahan. Dasar kolam tanah juga memudahkan nila jantan membuat cekungan untuk memijah.
Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3 ekor / m². Satu paket
induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan untuk menekan laju penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk kembali setelah melalui seleksi ketat.
Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam sekitar 1 m. Debit air nila cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti penguapan yang terjadi.
Gambar 2. Kolam Pemijahan
2.4.2 Proses Pemijahan
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C. Ikan
nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari
dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim antara lain:
Pemijahan Secara Tradisional/Alami
Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan
sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;
Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan
dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia pakan
alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan.
Kualitas air
Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 -30 0 C
dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan kolam 200 m 2 .
Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian
pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energy dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.
Pemijahan Secara Intensif
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relative mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam
jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.
Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 - 300 ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.
Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 %
perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva.
2.5 Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan optimal maka jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya yang tepat ( http://sobijpk.blogspot.com ) :
Kandungan pakan ikan
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di ubah mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama, kandungan protein pada pakan harus berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975)
Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan yang diberikan kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebihan ikan tidak akan menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih asli. Keadannya bias hidup, mati, segar ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan lain-lain. Pakan buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.
Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan buatan bias dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.
Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara intensif seperti di jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari. Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.
Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan automatic deman feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.
2.6 Hama dan Penyakit
Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Menurut Khairuman dan Amri ( 2007), hama dan peyakit ikan nila adalah sebagai berikut:
Hama
Bebeasan ( Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkanminyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
Ucrit ( Larva cybister )
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
Kodok
Makan telur telur ikan.
Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
Ular
Menyerang benih dan ikan kecil.
Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam
Lingsang
Memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
Penyakit
Ada 2 (dua) faktor yang dapat menyebabkan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) terserang penyakit.
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup (parasiter).
Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan (nonparasiter)
Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan penanganannya.
Bintik putih (white spot)
Penyakit ini disebabkan oleh organisme (ichthyopthirius sp) yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan methylene blue atau larutan NaCl sebanyak 1-3 g / 100 ml air bersih dan lamanya perendaman adalah 5-10 menit.
Lernea
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis cacing (Lernea) yang dapat mengakibatkan tubuh kurus dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan formalin 2,5 ml yang dicampur 100 liter air bersih dan lamanya perendaman adalah 10 menit.
Cacing insang dan Cacing kulit.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Dactylogyrus dan parasit Gyrodactylus yang dapat mengakibatkan tubuh pucat, mengeluarkan lendir yang banyak dan membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air.
Bercak merah
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas Sp. yang dapat mengakibatkan kehilangan lendir, lemah dan nafas megap-megap waktu berenang serta membuat Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sering meloncat kepermukaan air. Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan antibiotik tetracycline atau kemicitine yang berbentuk kapsul yang cicampur 500 liter air bersih dan lamanya perendaman adalah 2 jam.
Trichodina sp.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang dapat mengakibatkan luka-luka, kerusakan organ dan biasanya disertai infesi sekunder pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan NaCl sebanyak 500-1000 mg / liter air bersih selama 24 jam.
Saprolegniasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. yang dapat menyerang organ luar, seperti kepala, tutup insang dan bagian tubuh luar lainnya pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan malachite green oxalate sebanyak 1 mg / liter air bersih selama 1 jam.
Epistylis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Epistylis sp. yang dapat mengakibatkan insang berwarna merah kecokelatan, sukar bernafas, sukar bergerak, kerusakan pada kulit dan menghambat pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Untuk mengobatinya dalam dilakukan dengan merendam Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) kedalam larutan Chloroquin Diphospat sebanyak 1,1 mg / liter air bersih selama 48 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan budidaya ikan nila factor-faktor yang perlu diperhatikan pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis. Selain itu agar budidaya ikan nila dapat berhasil maka yang perlu diperhatikan juga adalah pemlihan lokasi yakni sebagai berikut :
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang
optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih…..
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech, Y. 1999. C/N Ratio As a Control Element in Aquaculture Systems.
Aquaculture, 176: 227-235.
Crab, R., Y. Avnimelech, T. Defoirdt, P. Bossier, and W. Verstraete. 2007. Nitrogen
Removal Techniques in Aquaculture for Sustainable Production. Aquaculture,
270: 1-14.
De Schryver, P., R. Crab, T. Defoirdt, N. Boon, and W. Verstraete. 2008. The Basics of
Bio-Flocs Technology: The Added Value for Aquaculture. Aquaculture, 277:
125–137.
http://hallonirma.blogspot.com/2013/06/evaluasi-kelayakan-lahan-untuk-budidaya.html
http://pusatnilacrb.blogspot.com/2011/04/penyakit-ikan-nila.html
http://sobijpk.blogspot.com/2010/12/pemilihan-lokasi-budidaya-ikan.html
Judantari, Sri. Khairuman dan Amri, Khairul. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khairuman dan Amri. K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Mubinun, Jannah. M, Harahap. I. M, Handoyo. B, Takano. M. 2007. Manual Produksi
Induk Ikan Nila. Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Tawar Jambi Dan Japan
Internasional Cooperation Agency Freshwater Aquakultur
Development Project.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 520 hal.
Standar Nasional Indonesia 01-6141-1999. 2005. Produksi Benih Ikan Nila Hitam
( Oreochromis niloticus Bleeker ) Kelas Benih Sebar. Direktorat Perbenihan,
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.
Trubus Exo. 2011. Panen 60 Kg per m² , Nila.
PT. Trubus Swadaya. Jakarta







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makalah budidaya ikan nila

Makalah Budidaya Ikan Nila MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh ...